Wednesday, 31 July 2019

Memelihara Ucapan, Menciptakan Realita Indah

Ungkapan kemarahan dan kejengkelan saat terakumulasi terbukti menciptakan gelombang permusuhan yang semakin besar. Kerusuhan adalah bentuk akumulasi kemarahan.

Itulah mengapa leluhur memberikan petunjuk berupa petuah "Ajining diri gumantung saka kedaling lathi", yang artinya harga diri tergantung pada ucapan. Ucapan kita akan menciptakan realita kehidupan kita sendiri, sehingga dengan demikian apakah diri dan hidup kita bernilai?

Menyalahkan orang lain dan keadaan dengan umpatan kemarahan akan berbalik dengan terciptanya realita kehidupan bersama berupa permusuhan dan puncaknya kerusuhan.

Ini adalah pengalaman nyata yang perlu menjadi pembelajaran bersama. Para leluhur tidaklah seprimitif yang dikira, melainkan mereka memiliki pengetahuan dan proyeksi jauh ke depan dan telah memberikan petunjuk laku spiritual untuk dijalankan dalam perziarahan hidup sehari-hari. Sujud bakti pada Pencipta diwujudkan dalam perilaku hidup spiritual sehari-hari, dalam ucapan dan perbuatan.


Kebijaksanaan pemerintah untuk mematikan sementara komunikasi media sosial beberapa waktu lalu yang dipenuhi ujaran kebencian dan hoaks memiliki tujuan meredam kerusuhan dan kiranya menjadi saat untuk hening, instrospeksi diri.

Baca ulang, teliti ulang dengan cermat apakah reaksi yang akan diucapkan dan terlontar ke semesta adalah kata-kata berkah dan damai bagi lingkungan yang adalah rumah kita bersama. Apapun yang terucap akan membentuk suasana dan realita yang dialami sebagai kisah perjalanan hidup sendiri.

Bebersih dan Berbenah

Anjuran untuk tidak terpancing dengan energi lama yang sedang dibersihkan bukan berarti tidak peduli dengan situasi yang sedang terjadi. Anjuran ini berarti antara lain untuk tidak menggunakan kata-kata kasar atau umpatan dalam menyampaikan pandangan/pendapat.

Ini artinya, keterlibatan aktif dalam proses bebersih dan berbenah melibatkan kenaikan kesadaran dengan pembersihan pikiran dari kata-kata kasar yang adalah ujud energi lama (yang sedang dibersihkan) sehingga diri sendiri tidak lagi turut berperan sebagai pihak yang terus-menerus mempertahankan energi lama itu.

Terlibat aktif untuk menjangkarkan energi baru di bumi dilakukan dengan berbagi pendapat/pemikiran dan pengetahuan dengan menggunakan kata-kata santun. Pada prinsipnya kebanyakan orang hanya ikut-ikutan orang yang dianggap menjadi panutan. Saat kebiasaan mengumbar kata-kata kasar dianggap tabu, maka masyarakat akan risih.

Kebiasaan baru akan muncul dan semua akan menikmati kebahagiaan berbagi karya dan kisah inspiratif. Damai sejahtera di realita bumi baru.

“Jika kau sedang marah, tetaplah diam.” 



...((( 💓 )))...

No comments:

Post a Comment