Thursday, 1 August 2019

Watak Ksatria Sejati

Saat semakin banyak membaca, kita baru akan sadar bahwa ada banyak bahan lain belum kita ketahui yang perlu dibaca dan dipelajari. Mereka yang merasa diri paling benar dan ngamukan justru bukan karena sudah tahu semuanya; sebaliknya justru karena kekurangtahuannya untuk dapat memberikan penjelasan itu yang membuatnya marah dan ngamuk.

Klaim-klaim sebagai benar dengan cara ngamuk, merusak dan menghabisi siapa yang dianggap musuh adalah kebenaran semu. Memenangkan perbedaan pendapat dan menyelesaikan masalah dengan cara-cara merusak tidak serta merta menjadikannya benar dan tanda sebagai atas kehendak dan direstui Tuhan sebab tentu saja Sang Pencipta Keindahan yang penuh Cinta tidak akan melakukan tindakan kejam dan merusak.

Orang yang semakin luas wawasannya tidak menyelesaikan masalah dengan cara marah dan mengamuk, justru sebaliknya semakin terbuka untuk belajar dari berbagai sumber, versi dan perspektif untuk semakin memperkaya wawasannya.


Ada suatu petuah dari leluhur yang mengingatkan tentang watak ksatria sejati: “Ngluruk tanpa bala, sekti tanpa aji-aji, menang tanpa ngasorake” yang artinya berani maju menghadapi sendirian bukan dengan cara keroyokan, sakti tanpa mantra dan senjata, serta memenangkan keadaan atau menyelesaikan masalah dengan tidak merendahkan sehingga tidak menimbulkan luka hati dan dendam. Kecermatan, kepekaan dan ketajaman membaca situasi dan persoalan digunakan untuk menghasilkan cara-cara cerdas, cerdik, kreatif dan bijaksana dalam penyelesaian masalah.

Ksatria sejati telah terlatih pertama-tama mengendalikan emosinya sendiri. Ia adalah pribadi yang telah selesai dengan dirinya sendiri. Dengan ketenangannya ksatria sejati tahan terhadap tekanan dan gempuran kesulitan yang rumit justru membuatnya semakin tangguh dan kuat. Latihan beladiri bagi para ksatria pada puncaknya bukanlah agar lihai bertempur melawan orang lain, melainkan untuk mengenali dirinya, mampu mengendalikan dirinya, nyaman dengan dirinya sendiri. Orang yang memanjakan emosinya akan terlena, stagnan, tidak berkembang. Kesulitan adalah tantangan untuk terus berpikir sehingga orang menjadi cerdas dan kreatif, selalu cerdik mengatasi masalah dan menemukan solusi yang membuatnya semakin tangguh dan lihai.

Tujuan hidup manusia adalah ingin mencapai surga dan sementara itu kehidupan surga adalah kehidupan bahagia. Bahagia tidak bisa dicapai dengan cara memaksa dan terpaksa. Itulah mengapa para leluhur memberikan petuah di atas sebagai petunjuk jitu dan sesuai nalar sehat untuk benar-benar dapat mencapainya.

Rahayu sagung dumadi - salam sejahtera bagi semua makhluk.

...((( 💓 )))...

No comments:

Post a Comment