Tuesday 26 November 2019

Buat Yang Tidak Ingin Ruwet Dan Rumit

Tak perlu ikut-ikutan jadi ruwet dan rumit dengan cara ini. Pertama, menyebut orang yang beda keyakinan dan beda sesembahan dengan sebutan kafir. Kedua, menyebut orang yang satu keyakinan namun beda pendapat sebagai sesat. Ketiga, menasehati mereka jangan sombong dan merasa paling benar namun ketika beda keyakinan atau beda pendapat mengkategorikannya sebagai kafir atau sesat.

Sikap di atas akan membuat hidup sendiri menjadi ruwet dan rumit sebab hanya akan membuat diri sendiri mudah tersinggung dan merasa terhina dan tentunya tidak akan bahagia sehingga juga bukan jalan dan cara untuk mencapai kebahagiaan.

Bisa perhatikan dari banyak contoh yang ada, mereka yang memberikan label kafir dan sesat kepada sesamanya yang beda keyakinan dan pendapat akan terus-menerus terlibat dalam pertengkaran bahkan permusuhan. Mereka begitu mudah tersinggung, merasa terhina dan selalu curiga; perbedaan pendapat sering dirasakannya sebagai merendahkan dan penghinaan terhadap keyakinannya.

Kenyataannya setiap perubahan maju akan melibatkan perbedaan pendapat dan jalan atau cara baru yang ditempuh. Begitu juga keterampilan didapatkan melalui latihan dan kekeliruan sampai menjadi mahir. Sementara itu keanekaragaman yang indah tersaji oleh karena adanya perbedaan cara.

Contoh nyata ada di Nusantara dengan berbagai suku dan keindahan masing-masing budayanya. Masing-masing memiliki keunikan dan tumbuh sesuai dengan lingkungannya. Masing-masing suku mengembangkan bahasa, kesenian dan ritual sesuai lingkungan unik masing-masing. Semua tumbuh melalui proses yang panjang dan mengakar kuat menjadi jati diri masing-masing sebagai kesadaran kolektif.

Orang Jawa Tengah tidak mengharuskan orang Bali untuk membuat gamelannya sama bentuk, suara dan irama musiknya dengan gamelan Jawa Tengah. Orang Dayak tidak mengharuskan orang Sunda untuk menari dengan cara dan pakaian yang sama. Keindahan Nusantara tersaji dari keanekaragaman seni budaya berbagai suku.

Secara spiritual, Sang Pencipta Keindahan hadir di balik orkestra dan parade seni budaya Nusantara.

Festival Budaya Isen Mulang 2013 [https://www.rmol.id/

§


Berbagi hal-hal indah dan inspiratif adalah cara aktif untuk mengubah diri dan lingkungan. Monggo untuk share dan terima kasih bagi yang bersedia membagikannya untuk semangat kebangkitan Nusantara. Rahayu sagung dumadi.

Vibrasi cinta. 

...((( 💓 )))... 



#Nusantarabangkit #Nusantarajaya

Kuat Kreatif dengan Menjadi Diri Sendiri

Setiap kali kau menyampaikan suatu pemikiran, selalu ada sisi positif dan negatifnya. Mereka yang melihat sisi positifnya akan setuju dan pro dengan pemikiran itu; sebaliknya mereka yang melihat sisi negatif/kekurangannya akan menolak dan kontra dengan pemikiranmu.

Yang perlu diperhatikan, ada orang-orang yang mudah tersinggung dan merasa terhina jika ada orang lain yang memiliki pemikiran berbeda. Bagaimana menyikapinya?

Jadilah dirimu sendiri, teruslah menggali dan anggap saja mereka yang mudah tersinggung itu sebagai tantangan untuk menumbuhkan akar yang lebih kuat agar bisa tumbuh dan berdiri tegak. Mereka ini akan selalu ada di sekitarmu dan mereka ada untuk membuat dirimu tumbuh lebih kuat.

Pesona Tari Merak. 
Bangsa yang memiliki jati diri mampu tumbuh kreatif mengembangkan seni budayanya yang khas dan unik. Bangsa yang menghargai kreativitas akan memiliki aneka ragam seni budaya indah. Bangsa yang gagal saling menghargai satu sama lain akan saling sikut dan menghancurkan di antara mereka sendiri. 

Apakah berarti mengabaikan mereka?

Pertimbangkan ini dengan cermat, bahwa jika kau mudah tersinggung maka hidupmu tidak akan pernah bahagia. Setiap halnya selalu ada sisi positif dan negatifnya sebagai satu kesatuan dinamis, mereka yang mudah tersinggung akan selalu tersinggung dan menolak untuk hidup. Cermati saja dampak setiap perbuatanmu sebab untuk maju kau sendiri juga perlu mencoba hal baru dan mungkin membuat kesalahan. Seorang ilmuwan harus membuat puluhan hingga ratusan ramuan eksperimen untuk mendapatkan hasil terbaik.

Jadilah dirimu sendiri dan temukan versi dirimu yang terbaik. Semesta mendukungmu sepenuhnya.
§

Berbagi hal-hal indah dan inspiratif adalah cara aktif untuk mengubah diri dan lingkungan. Monggo untuk share dan terima kasih bagi yang bersedia membagikannya untuk semangat kebangkitan Nusantara. Rahayu sagung dumadi.

Vibrasi cinta. 


...((( 💓 )))... 


#Nusantarabangkit #Nusantarajaya

Friday 22 November 2019

Ritual Keliling - Keseimbangan Aspek Maskulin Feminin

Ka'bah adalah bangunan untuk ritual sebagaimana dilakukan dalam kebudayaan animisme dan dinamisme. Suatu sumber cerita mengatakan bahwa bangunan Ka’bah merupakan bantuan dari suatu kerajaan di India yang berlatar belakang Hindu untuk penguasa di Arab dengan tujuan sebagai piranti spiritual dengan ritual berputar mengelilinginya untuk upgrade kesadaran atau peningkatan kualitas kehidupan spiritual masyarakat Arab agar mampu menciptakan kehidupan damai dan sejahtera. Bangunan ini kemudian diambil alih dan menjadi ritual dalam agama Islam.
Ritual Pradaksina yang artinya berkeliling searah jarum jam dilakukan di tempat-tempat suci seperti candi. 

Ritual berputar keliling suatu obyek adalah teknik spiritual yang digunakan sejak masa silam. Dalam sistem energi Merkaba yang digambarkan sebagai 2 tetrahedron yang berputar berkebalikan arah dimana tetrahedron aspek feminin berputar melawan arah jarum jam dan tetrahedron aspek maskulin berputar searah jarum jam. Saat aspek maskulin dan feminin pada kesadaran seseorang seimbang maka kesadarannya akan meningkat pesat. Kepribadian seseorang akan sangat kuat namun juga sekaligus lembut, memiliki keberanian untuk menjalankan ide-ide kreatifnya namun dengan cara-cara lembut bijaksana.
Merkaba dari kata Mer-Ka-Ba atau Cahaya-Jiwa-Tubuh artinya adalah Jiwa/Tubuh yang diselimuti medan energi Cahaya yang berputar berlawanan arah, tetrahedron aspek maskulin dan feminin yang berlawanan arah putarannya. Maka Merkaba juga berarti kendaraan suatu jiwa/soul untuk berada dalam realita fisik. 

Praktek ritual berkeliling dilakukan di Yogyakarta tiap malam 1 suro dengan jalan mengelilingi keraton. Di Minahasa juga ada ritual berputar searah jarum jam 9 kali putaran. Di candi Cetho juga ada ritual 7 kali mengelilingi puncak candi searah jarum jam. Sementara di Borobudur juga dilakukan ritual keliling candi dengan 3 kali putaran searah jarum jam.

Ritual berputar/keliling juga bisa dilakukan dengan cara praktis yang bisa dilakukan dimanapun. Caranya sangat mudah cukup dengan berdiri di tempat, rentangkan tangan, berputar di tempat melawan arah jarum jam sebanyak 30 kali dengan mata terbuka. Setelah 30 kali berputar, katupkan tangan di dada dengan mata tetap terbuka. Diam di tempat sampai rasa berputar hilang. Latihan ini bisa dilakukan sehari sekali atau sampai 3 kali.

Ritual keliling dalam tradisi sufi dilakukan dengan arah melawan putaran jarum jam yang berkebalikan dengan tradisi ritual keliling di Nusantara. Arah putaran dalam tradisi sufi nampaknya mengikuti pola arah putaran rotasi planet-planet pada sumbunya di tata surya, yakni berputar melawan arah jarum jam sehingga matahari terbit di timur dan terbenam di barat. Kecuali planet Venus dan Uranus yang berputar searah jarum jam pada sumbunya. Venus disebut bintang fajar dan sumber-sumber spiritual menyebutkan memiliki tingkat peradaban kehidupan yang tinggi. Mungkin tradisi ritual keliling di Nusantara merujuk pada sistem Venus.
Jadi, sebenarnya untuk melakukan ritual berputar/keliling tidak perlu harus pergi ke Arab, melainkan juga bisa dilakukan dimanapun, atau di situs-situs megalitikum seperti candi-candi sebab sumber ajaran ritual itu malah berasal dari tradisi animisme-dinamisme yang bisa banyak ditemukan ragamnya di Nusantara. Ritual keliling di candi-candi juga bisa membantu aktivasi kembali situs-situs tersebut sebagai mandala atau portal antar dimensi, bukan sekedar tempat wisata. Maka, orang tidak perlu keluar puluhan juta rupiah untuk melakukan ritual ini, seperti halnya kaum sufi yang melakukan tarian sufi berputar di tempat.


§

Berbagi hal-hal indah dan inspiratif adalah cara aktif untuk mengubah diri dan lingkungan. Monggo untuk share dan terima kasih bagi yang bersedia membagikannya untuk semangat kebangkitan Nusantara. Rahayu sagung dumadi.

Vibrasi cinta. 


...((( 💓 )))...

Thursday 21 November 2019

Ketajaman Mata Kartini

Mungkin Kartini lebih dikenal sebagai pejuang kaum perempuan untuk bisa mendapatkan pendidikan, namun ternyata pemikiran Kartini lebih jauh dan luas lagi. Ia tidak hanya berjuang bagi kaum perempuan, melainkan juga berjuang membebaskan kaum pria dari kebodohan. Kartini sangat prihatin melihat bangsanya begitu mudah dibodohi dan diadu domba karena kurang pengetahuan dan kemampuan berpikir.

Kartini begitu prihatin dengan kondisi ini sampai menulis, “Agama menjauhkan kita dari perbuatan dosa, tetapi berapa banyak dosa yang telah dilakukan atas nama agama.” Kartini mampu menganalisa dan melihat bahwa banyak kejahatan, pertengkaran, permusuhan dan berbagai macam kekerasan mulai dari secara psikis hingga fisik oleh karena alasan agama. Dan Kartini menyadari bahwa sumber masalahnya adalah karena kurangnya pengetahuan dan daya kritis serta kemampuan berpikir untuk benar-benar memahami.

Dari pengamatan Kartini melihat bahwa bangsanya sangat relijius namun pengetahuan keagamaannya lemah. Dalam masyarakat relijius, agama memainkan peran sentral dalam membentuk pola pikir masyarakat dan pemuka agama dianggap sebagai sumber ilmu yang wajib dipatuhi. Ketergantungan pada pemuka agama sangat besar sebab di masa itu Kitab Suci hanya tersedia dalam bahasa asing (Arab) dan kebanyakan orang tidak bisa berbahasa Arab.

Kartini dengan berani memberikan kritik tajam terhadap praktek beragama ini, dengan pertanyaan kritisnya bagaimana mungkin sesuatu diyakini sebagai kebenaran mutlak namun sama sekali tidak tahu isinya seperti kitab suci yang ditulis dalam bahasa asing (Arab) yang sama sekali tidak dimengerti.

Bayangkan, selama sebelum era Kartini orang-orang percaya begitu saja pada sesuatu sebagai kebenaran namun mereka sama sekali tidak bisa membaca dan mengerti isi dan artinya. Bahkan, orang-orang bisa menjadi penceramah tentang sesuatu yang sebenarnya tidak dipahaminya namun diyakini sebagai kebenaran, dan para pendengarnya mengamini.

Kartini adalah orang yang berjasa sehingga membuat tersedianya Qur'an dalam bahasa Jawa, karena kegigihan dan kenekadannya dengan berani mendesak disediakan terjemahannya untuk bisa dipelajari dan sehingga layak dan bisa diterima logika jika diyakini sebagai kebenaran. Kenekadan dan keberanian Kartini tersebut di masa itu sangat luar biasa; bahkan untuk ukuran di masa kini sekalipun. Ketajamannya melihat sumber masalah kebodohan juga sungguh mengagumkan.

Kritikan Kartini itu bukan sekedar tentang kesempatan belajar untuk kaum perempuan, tetapi juga bagaimana tingkat pengetahuan dan pemahaman atas keyakinan relijius menjadi sumber perlakuan buruk terhadap kaum wanita serta berbagai kebodohan. Diskriminasi, konflik dan permusuhan berlatar belakang keagamaan timbul karena kurangnya pengetahuan dan kemampuan berpikir mandiri untuk menguji kebenaran informasi dan mempertimbangkan sendiri untuk mampu bertindak secara bijaksana.



§

Berbagi hal-hal indah dan inspiratif adalah cara aktif untuk mengubah diri dan lingkungan. Monggo untuk share dan terima kasih yang bersedia membagikannya untuk semangat kebangkitan Nusantara. Rahayu sagung dumadi.


Vibrasi cinta. 

...((( 💓 )))...

Friday 15 November 2019

Sistem Lama Runtuh, Sistem Baru Muncul

Semuanya semula terlihat normal sampai munculnya kebangkitan kesadaran. Mereka yang terbangun dan bangkit kesadarannya melihat bahwa ada yang tidak beres dalam sistem kehidupan di bumi.

Jumlah mereka yang mulai bangun ini hanya sedikit namun apa yang mereka lakukan mulai mengusik yang lain. Pengamatan mereka yang tajam menelanjangi sistem yang korup seperti sistem ekonomi, politik dan keagamaan. Mereka yang masih tertidur dibuat bingung sebab menganggap semuanya normal dan justru melihat orang-orang yang bangun kesadarannya sebagai tidak normal.
Sistem ekonomi dan politik penuh dengan manipulasi, sistem keagamaan menciptakan persaingan dan permusuhan dengan ajaran yang begitu parah terdistorsi, sejarah palsu; yang semula dianggap normal mulai dikuliti.

Goro-goro, bumi gonjang-ganjing. Sistem yang korup mulai terkikis, pijakan kaki goyah semua berubah. Aliran ekonomi pindah jalur, politik menciptakan arus baru dan kehidupan spiritual begitu menantang sebagai energi perubahan. 

Semua diuji dan diverifikasi untuk mendapatkan pijakan baru. Sekat-sekat keagamaan mulai runtuh, mereka yang menyerukan pemisahan dan permusuhan ditinggalkan. Manusia semakin menyadari manipulasi itu. Semakin ditekan dan ditakut-takuti, keberanian untuk membongkar manipulasi makin kuat.
Dalam kebangkitan kesadaran ini Nusantara tegak kembali jati dirinya sebagai bangsa yang mandiri bagaikan tanaman yang layu telah kembali segar. Suatu bangsa hanya akan bangkit dan berdiri kuat jika mampu menghadapi tantangan hidupnya sesuai kondisi alamnya sehingga tercukupi semua kebutuhannya. 

Disinilah peran kebangkitan kembali seni budaya yang menjadi ciri khas Nusantara menggerakkan semangat kembali ke jati diri, tidak lagi takut dengan penilaian disebut penyembah berhala, kafir, sesat, musyrik dst. sebab menyadari semua ekspresi seni budaya itu lahir dari pergulatan spiritual menyelaraskan diri dengan dinamika alam sumber berkat dan kehidupan.

Seni budaya berarti penggunakan olah rasa dan olah pikir untuk mencipta, yakni tanda keahlian menggunakan daya hidup untuk penciptaan pengalaman hidup yang indah. Masyarakat Nusantara semakin menyadari kekuatan dirinya dan kreativitas menjadi cara untuk menjalani hidup dengan cara-cara baru dan penuh suka cita. 

“Kau telah dibohongi tentang segala sesuatu yang selama ini aku anggap benar. Mereka yang disebut buta aksara pada abad 21 ini bukan lagi mereka yang tidak dapat baca tulis, melainkan mereka yang tidak dapat melepaskan kebohongan-kebohongan yang telah diajarkan kepada mereka dan selama ini mereka yakini. Selanjutnya mereka harus membuka pikiran dan mempelajari hal-hal baru.” 

§

Berbagi hal-hal indah dan inspiratif adalah cara aktif untuk mengubah diri dan lingkungan. Monggo untuk share, rahayu sagung dumadi.



Vibrasi cinta. 


...((( 💓 )))... 

Borobudur Cerminan Kehidupan Damai

Bangunan besar dan megah ini hanya mungkin bisa terwujud jika bangsa yang membuatnya hidup dalam damai. Konstruksi yang rumit, ukuran besar dan relief detil yang mengagumkan memerlukan waktu yang panjang untuk menyelesaikannya.

Kemegahan maha karya ini hanya bisa dibuat oleh bangsa yang hidup menetap, hidup berkelimpahan dan memiliki cita rasa seni yang tinggi selain kesadaran spiritual yang tinggi. Mereka yang hidup di padang gurun, hidup nomaden, perang antar suku dan saling menjarah tidak akan sempat berpikir dan memiliki waktu untuk membangun, malah sebaliknya saling menghancurkan.

Pemujaan kepada tuhan yang maha kuasa, paling hebat, agama yang paling benar sesungguhnya lebih berlatar belakang kebutuhan untuk percaya diri dan mental perang. Suku padang gurun yang saling bersaing berebut lahan penggembalaan perlu keyakinan pada kekuatan yang melindungi untuk selalu bisa menang perang. Jika mental tanding mereka lemah, maka hanya akan menjadi bulan-bulanan di lingkungan yang keras cara hidupnya (jahiliah). Itulah mengapa mereka perlu mengklaim dan menanamkan pada kaumnya bahwa sesembahannya adalah paling kuat dan keyakinannya paling benar.

Nusantara adalah negeri yang subur dan masyarakat hidup menetap. Ini artinya masyarakat perlu mengembangkan budaya bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tentu saja budaya bercocok tanam ini menjadikan masyarakat menjadi cerdas dan kreatif serta mengenal dan mengetahui cara kerja alam.

Masyarakat agraris menyadari bahwa alam adalah satu kesatuan sistem penciptaan kehidupan berkelimpahan. Mereka sadar akan rahasia penciptaan kelimpahan hidup yang tersedia pada ekosistem. Mereka paham bagaimana tanah terpelihara kesuburannya yang melibatkan tanah, hewan, organisme, kontur tanah, jenis tanah, cuaca, iklim bahkan siklus perbintangan yang mempengaruhi kehidupan di bumi. Mereka menguasai musim tanam, masa tanam, masa panen, jenis tanaman yang cocok pada musim tertentu, kapan waktu memanen yang tepat dan cara mengolahnya.

Rasa syukur atas kehidupan menjadi budaya dan gerak hidup sehari-hari. Perayaan syukur diwujudkan dalam seni budaya musik, tari, pahat, kerajinan, ritual. Kedekatan dengan Sang Pencipta menjadi bagian hidup sehari-hari yang diwujudkan dengan saling menghormati satu sama lain dan bahkan menghormati alam tetumbuhan dan hewan sebab dalam dinamika alam itulah Sang Pencipta berkarya.

Relief candi Borobudur dengan begitu rupa menggambarkan refleksi akan evolusi kesadaran manusia akan kehidupan. Hanya masyarakat yang hidup damai dan tenang akan mampu mencapai refleksi kehidupan yang begitu dalam. Kehidupan damai membahagiakan dalam kelimpahan hanya akan terwujud dengan cara-cara cinta (welas asih), kreatif berkarya dan berbagi suka cita. Kesadaran spiritual yang tinggi itu dinyatakan dalam salam "Rahayu Sagung Dumadi", semoga semua makhluk berbahagia, kesadaran menyatu dalam kesatuan dengan Sang Pencipta.


Berbagi hal-hal indah dan inspiratif adalah cara aktif untuk mengubah diri dan lingkungan. Monggo untuk share, rahayu sagung dumadi.

Vibrasi cinta. 

...((( 💓 )))...

Wednesday 13 November 2019

Peran Penting Kaum Ibu Nusantara

Masyarakat yang beradab adalah masyarakat yang menghormati dan melindungi kaum wanita. Kaum wanita akan aman dan selalu terlindungi oleh karena sikap masyarakat yang masing-masing mampu mengendalikan diri sendiri. Kehidupan aman dan damai sebab kesadaran masyarakat sangat tinggi dan menghormati satu sama lain.

Masyarakat dengan budaya primitif belum mampu mengendalikan dirinya sendiri sehingga merasa perlu aturan dan hukum keras untuk mendisiplinkan mereka. Kehidupan tidak aman bagi kaum wanita mereka. Kaum wanita dianggap tidak ada, terbungkus rapat sehingga tidak dikenal dan rawan menjadi korban kejahatan. Kehidupan mereka sangat keras, dalam rasa curiga dan kekhawatiran serta konflik menghantui setiap saat. Gelap.

Bagaimana mungkin suatu masyarakat akan mampu mendidik generasinya menjadi generasi cerdas dan kreatif jika kaum wanita/ibunya dibelenggu, dibuat minder, dianggap batu sandungan dan dihambat kreativitasnya? Pengekangan terhadap kaum wanita akan menciptakan generasi bodoh, sebab mereka yang melahirkan anak, memprogram DNA selama di rahim dan mendidik anak-anak.

Akibatnya tentu saja kemerosotan kecerdasan dan kreativitas serta moral dan mentalitas. Negara-negara yang kaum wanita/ibunya dibelenggu termasuk terbelakang dengan kehidupan keras bahkan peperangan tak berkesudahan. Celakanya mereka tidak sadar bahkan merasa paling benar dengan alasan agama. Jejak radikalisme tercatat dalam sejarah panjang mereka.

Masyarakat/bangsa yang gagal menghargai dan menghormati kaum wanitanya akan kesulitan untuk maju dan berkembang. Mereka akan terjebak pada permasalahan kebodohan dan moralitas yang rendah. Mereka akan mengalami kebuntuan untuk mengatasi permasalahan-permasalahannya. Semakin kaum wanita mereka ditekan dan dibelenggu maka kemerosotan akan semakin tajam dan di ambang kehancuran.

Dalam tradisi Nusantara, kaum wanita banyak memainkan peran penting bahkan memiliki kisah-kisah para ratu yang berkuasa. Kegiatan-kegiatan spiritual juga banyak melibatkan kaum wanita yang memainkan peran penting di dalamnya seperti sebagai pemain musik, penari, penyanyi, dst. Dalam gladi spiritual kaum wanita juga menjadi dilatih beladiri sebagai teknik untuk mengenal diri sendiri dan potensinya dan selanjutnya mampu melakukan olah tubuh dan pikiran. Kaum wanita juga dilatih untuk mampu bela diri sehingga juga mampu menjadi ibu pelindung dan pendidik para generasi penerus.


Berbagi hal-hal indah dan inspiratif adalah cara aktif untuk mengubah diri dan lingkungan. Monggo untuk share, rahayu sagung dumadi.

Vibrasi cinta. 

...((( 💓 )))... 

Monday 11 November 2019

Seni Memancarkan Bahagia

Bahagia adalah tentang "rasa" dan adanya di dalam diri sendiri, memancar keluar dari dalam diri sendiri. Tidak ada pihak luar yang bisa memberikan bahagia, termasuk bahagia surga sekalipun. Tuhan pun tak akan bisa memberikannya sebagai hadiah, sebab bahagia adalah pilihan dan keputusan yang dibuat oleh masing-masing orang. Sikap emosional seseorang akan selalu menghalangi untuk dapat memancarkan rasa bahagia. Maka, yang diperlukan adalah sikap tenang, hening dan damai sehingga rasa bahagia itu dengan leluasa memancar dari dalam diri. 


Sejalan dengan pemahaman mengenai mekanisme bahagia di atas, panduan yang diberikan agar mudah memancarkan rasa bahagia yang pertama adalah bersyukur yang dengan demikian akan mampu melihat sisi positif yang tersedia dan lebih fokus pada peluang yang ada untuk mengambil langkah mengambil peluang itu. 

Panduan selanjutnya adalah membiasakan diri menikmati keindahan baik pemandangan alam maupun berbagi karya seni seperti lukis, pahat, kerajinan, tenun, musik dan tari. Suasana dan lingkungan indah akan memelihara kesadaran berada pada vibrasi tinggi. Ini penting karena pengalaman-pengalaman traumatis sering kali sulit tersembuhkan. Jiwa yang terluka cenderung teringat trauma itu yang otomatis menghalanginya untuk memancarkan bahagia. 

Selanjutnya dengan demikian bisa dipahami bahwa terlibat dalam berbagai latihan dan pengembangan seni budaya merupakan teknik spiritual yang berfungsi sebagai tuntunan untuk mengekspresikan rasa bahagia. Suasana yang tercipta dalam kegiatan-kegiatan mulai dari latihan hingga pentas seni menggerakkan jiwa-jiwa yang terlibat menikmati dan memancarkan rasa bahagianya sepanjang prosesnya.

Saat seseorang menikmati berkarya seni, ia akan merasakan keseluruhan proses itu termasuk kesulitan-kesulitan yang dihadapi sebagai sesuatu yang menantang dan melakukannya dengan rasa bahagia. Kata-kata seperti “indah pada waktunya” adalah pengalaman-pengalaman yang sudah sering dialami sehingga memiliki keyakinan kuat bahwa semua akan maujud menjadi karya indah dan terlibat di dalam proses itu adalah kebahagiaan. Mencahaya bahagia. 


“Kebahagiaan adalah pilihan, bukan suatu hasil. Tidak satu halpun yang akan membuatmu bahagia sampai kau memilih untuk bahagia. Tidak ada orang yang akan membuatmu bahagia sampai kau memutuskan untuk bahagia. Kebahagiaan tidak akan datang menghampirimu. Kebahagiaan hanya bisa muncul dari dalam dirimu.”

~Ralp Marston


Berbagi hal-hal indah dan inspiratif adalah cara aktif untuk mengubah diri dan lingkungan. Monggo untuk share, rahayu sagung dumadi.




Vibrasi cinta. 



...((( 💓 )))... 


Monday 4 November 2019

Agama Adalah Suatu Produk Budaya

Agama adalah produk suatu kebudayaan sebagaimana agama menggunakan bahasa yang digunakan di tempat kemunculannya, tradisi yang ada dan pengetahuan yang sejauh berkembang di lokasi dan waktu itu. Aturan-aturan dan konsep-konsep ajarannya disusun oleh para tokohnya, yang bisa berubah-ubah dari waktu ke waktu.

Oleh karena itu, sebenarnya suatu agama tidak akan kompatibel untuk bangsa dan lingkungan lain yang memiliki kondisi lingkungan yang berbeda yang memiliki kebutuhan unik serta kemajuan spiritual yang berbeda.

Sebagai contoh, suatu agama mungkin menganggap suatu jenis tanaman sebagai bermanfaat dan suci. Saat penganutnya yang tinggal di lokasi yang berbeda kondisi iklimnya tentu tidak bisa menanam tanaman itu dan jika permintaan atas tanaman atau buahnya sangat tinggi oleh karena dianggap suci maka kebutuhan tidak akan terpenuhi dan membuat terciptanya kondisi tidak sejahtera.

Perbedaan budaya, lingkungan dan bahasa akan menjadi kendala bagi para penganutnya yang tidak mengenal budaya dan bahasa itu. Ini menciptakan kesulitan dalam mempelajari dan menguasai agama itu. Simbol-simbol yang tidak dikenal akan sulit ditafsirkan dan dipahami. Pengertian-pengertian yang menggunakan simbol, berupa misalnya hewan atau tanaman, kebiasaan hewan atau cara menanam tanaman yang hanya khusus ada di lokasi geografi tertentu, yang dijadikan simbol tidak akan mudah dipahami oleh para penganut yang tinggal di lokasi lain yang tidak mengenal hewan dan tanaman tersebut.

Kelihatannya hal-hal di atas sederhana, namun sebenarnya kendala-kendala di atas adalah krusial untuk benar-benar memahami ajaran suatu agama sehingga agama itu benar-benar bermanfaat bagi kemajuan spiritual. Bayangkan, jika gagal paham tentu petunjuknya tidak banyak guna dan malah misleading.

Maka, sesungguhnya setiap bangsa memiliki kekhasan evolusi spiritualnya sebagai suatu kelompok kolektif. Suatu bangsa bisa jadi telah mengalami kemajuan dan tingkat evolusi spiritual yang berbeda dengan bangsa dan masyarakat lainnya.

Sikap memaksakan agama dan keyakinan kepada kelompok masyarakat lain adalah tanda nyata kurang menyadari kendala-kendala dan pentingnya pemahaman sebagaimana diuraikan di atas. Sikap itu adalah tanda belum dewasa secara spiritual dan belum menguasai inti spiritualitas, ini sesuatu pengertian yang ada di luar jangkauan mereka.

Masyarakat dan bangsa yang memiliki tradisi dan seni budaya tinggi adalah masyarakat yang telah berevolusi spiritual sangat maju. Mereka mampu mengembangkan pertanian yang memungkinkan kebutuhan pangan mereka terpenuhi sehingga hidup sejahtera dan damai, maka memiliki banyak waktu untuk berkreasi karya kreatif. Mereka juga telah mampu mengembangkan tatanan kehidupan bermasyarakat sesuai kondisi lingkungan mereka yang khas dan unik.

Nusantara dengan kekayaan aneka ragam seni budaya sesungguhnya termasuk masyarakat yang telah maju evolusi spiritualnya. Seni budaya indah banyak digunakan dalam berbagai perayaan syukur adalah tanda dan bukti nyata kedekatan masyarakat dengan Sang Pencipta Keindahan, dengan kata lain di balik seni budaya indah adalah jiwa-jiwa yang memiliki tingkat kesadaran yang tinggi.


Berbagi hal-hal indah dan inspiratif adalah cara aktif untuk mengubah diri dan lingkungan. Monggo untuk share, rahayu sagung dumadi.

Vibrasi cinta. 

...((( 💓 )))...

Jangan Remehkan Kekuatan Benih untuk Tumbuh

Secara global, kesadaran manusia bumi terus meningkat. Mindset/pola pikir akan terus berubah. Dogma-dogma keagamaan akan terus digempur secara kritis dipertanyakan. Ini terkait dengan praktek-praktek kekerasan agama dalam politik. Praktek-praktek kekerasan itu membuat makin kuat keberanian untuk mempertanyakan dan menguji kebenarannya.

Semua didorong oleh alam untuk bergerak naik. Mereka yang memainkan peran gelap akan menjadi pemicu bagi yang lain untuk bangun dan sadar; maka, berterimakasihlah pada jiwa-jiwa orang yang bersedia memainkan peran gelap itu sebab mereka adalah partner kita yang memicu kebangkitan kesadaran kita.
Seni budaya melatih anak-anak ketrampilan menggunakan daya hidup (spirit) mereka untuk karya-karya indah dengan sentuhan seni.

Jangan kutuk dan ucapkan kata-kata hujatan, sebab hanya membuat kita juga memainkan peran gelap sama seperti mereka juga. Ambil posisi sebagai pengamat, tetap tenang dalam bersikap kritis, maka peran sebagai katalis perubahan akan otomatis aktif. Tarik nafas panjang sebelum melontarkan kata-kata, jika bukan cahaya, tahan dan urungkan. Amati lebih cermat dan susun kata-kata dalam ketenangan, cahaya akan menuntun untuk bersinar terang.

Ada suatu pesan yang menarik tentang hal ini: “Kita tidak dapat memaksa seseorang untuk mendengarkan pesan yang belum siap mereka terima. Namun jangan pernah meremehkan kekuatan benih untuk tumbuh.” Terus dan jangan lelah berbagi inspirasi dan pengetahuan. Tidak semua orang siap untuk belajar, namun tak perlu meragukan kekuatan benih untuk tumbuh. Benih selalu perlu waktu untuk tumbuh, menegakkan batang lalu berbunga dan berbuah.

Kita sendiri pun sebenarnya adalah benih kehidupan yang ditanam di semesta ini dan dengan terus menggali dan membagikan pengalaman dan pembelajaran hidup kita semakin tumbuh besar dan menghasilkan buah-buah untuk dibagikan.

Bantuan “pupuk” untuk kesuburan pertumbuhan jiwa-jiwa adalah pendekatan melalui seni budaya, dimana jiwa-jiwa generasi muda diperkenalkan dengan olah rasa, olah tubuh dan olah pikir kreatif. Kegiatan-kegiatan seni budaya memberi mereka latihan ketrampilan menggunakan daya hidup (spirit) untuk karya-karya indah dengan sentuhan seni.

Berbagi hal-hal indah dan inspiratif adalah cara aktif untuk mengubah diri dan lingkungan. Monggo untuk share. Rahayu sagung dumadi.

Vibrasi cinta. 

...((( 💓 )))... 

Mandala – Pola Vibrasi Energi

Bentuk desain Borobudur adalah sebuah mandala yang berarti lingkaran riak gelombang energi. Bentuk geometris mandala dimaksudkan untuk menancapkan pola vibrasi tertentu sebagai bantuan sehingga lingkungan tersebut memiliki pola vibrasi energi yang menciptakan realita indah. Mandala sering digunakan sebagai alat bantuan meditasi.
Bentuk desain mandala dibuat atas dasar pemahaman bahwa di balik realita fisik adalah vibrasi, sebagaimana dikatakan oleh Nikola Tesla: "Jika ingin memahami rahasia semesta, pikirkan tentang energi, vibrasi dan frekuensi". Semesta ini adalah lautan energi yang adalah berupa vibrasi dengan frekuensinya. Mandala adalah gambar pola vibrasi dengan frekuensinya.
Pola-pola dasar mandala disebut geometri suci (sacred geometry) sebab pola-pola tersebut adalah pola-pola dasar di balik ujud realita ciptaan. Ini adalah ilmu pengetahuan tentang rahasia penciptaan.

Perlu dicatat bahwa vibrasi juga memiliki suara dan memuat data/kecerdasan, sebagaimana dikatakan bahwa "semesta ini adalah sebuah orkestra". Maka, "sabda telah menjadi daging" berarti di balik wujud realita itu adalah energi berupa vibrasi suara dengan frekuensinya yang membentuk pola strukturnya, atau dengan kata lain vibrasi suara/pikiran telah mewujud dalam bentuk realita fisik/material dan juga daging/tubuh manusia, hewan dan tanaman. Pikiran, kata-kata dan suara adalah energi dengan vibrasi dan frekuensinya.

Oleh karena itu ada ucapan: "Rahayu sagung dumadi", "Semoga semua makhluk berbahagia" yang menunjukkan pemahaman dan kesadaran bahwa di balik semua ujud ada kecerdasan dan kesadaran yang membuatnya mengada atau maujud. "Human beings" artinya "menjadi manusia" atau "mengada sebagai ujud manusia".

Maka ada nasehat untuk hendaknya bijaksana dengan pikiran dan kata-kata, sebab akan mewujud menjadi realita. Pilihlah bacaan, hiburan dan lingkungan serta pergaulan yang membangun suasana dan lingkungan yang damai dan inspiratif demi kesejahteraan pribadi. Gunakan imajinasi kreatif secara bijak untuk mengekspresikan kebahagiaan di kanvas semesta ini.

Untuk lebih mudah dalam memahami bahwa vibrasi suara membentuk pola gelombang energi dapat ditunjukkan dengan eksperimen-eksperimen cymatics yang memperlihatkan berbagai bentuk visualisasi dari suara. Visualisasi tersebut dapat bermacam-macam, salah satu yang paling lazim adalah bentuk gelombang permukaan air atau pasir halus pada saat air atau pasir halus tersebut ditempatkan dekat dengan sumber bunyi.

Video cymatics ini menggambarkan pola-pola vibrasi yang diciptakan oleh vibrasi suara musik:


Monggo untuk share. Rahayu sagung dumadi.

Vibrasi cinta. 


...((( 💓 )))...

Sunday 3 November 2019

Spiritualitas di balik Seni Budaya


Seni budaya lahir dari ide-ide kreatif yang merupakan ekspresi spiritual atau dengan kata lain sebagai bentuk penggunaan daya hidup untuk penciptaan kehidupan. Dengan demikian seni budaya menunjukkan kesadaran tinggi akan potensi yang tersimpan dan telah dibekalkan pada setiap manusia. 

Saat seseorang terlibat dalam kegiatan seni budaya, seperti latihan tari misalnya, ia didorong untuk lebih mengenal dirinya sendiri, mengenal anggota tubuhnya, berlatih mengendalikannya dengan aktif menggerakannya dan memadukan geraknya selaras dengan irama musik pengiring dan bersama-sama dengan sesamanya.


Mengenal diri sendiri adalah jalan untuk mengenal Sang Pencipta, sebab di dalam diri sendiri ada percik Api Ilahi. Pendar cahaya aura menandakan seberapa terang Api itu hidup menyala. Wajah ceria berbinar-binar adalah tanda kasat mata nyala Api itu. Suka-cita adalah cara menyinarkan cahaya itu terang. Begitu jelas dan gamblang petunjuknya untuk menghidupkan nyalanya. Cinta adalah jalan untuk bersinar terang bersama Sang Pencipta. 

Ketakutan, kekhawatiran, kebencian dan permusuhan akan memadamkan nyala api itu. Hidup di dalam cara itu akan menuju kematian yang ditandai dengan gejala sakit, melemah, padam dan mati. Ini bukan cara untuk menyatu dengan Sang Pencipta yang menyala Terang Abadi.

Bangsa yang hidup di bawah rasa takut dan kekhawatiran terperangkap dalam pola persaingan dan konflik berebut sumber-sumber daya hidup yang sifatnya dari luar diri. Mereka memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap keadaan sehingga menuntut untuk diberi dan dilayani.

Sebaliknya masyarakat yang tumbuh di lingkungan dengan seni budaya tinggi terbiasa untuk berkolaborasi dengan sesama dan memanfaatkan alam sebagai sumber inspirasi penciptaan seni budaya dan oleh karena itu membawa mereka pada kesadaran perlunya memelihara alam. Mereka lebih terarahkan untuk saling menghargai dan bekerjasama untuk melahirkan karya-karya kreatif yang artinya hidup menyatu dengan Sang Pencipta keindahan dan kelimpahan.

Tidak ada jalan lain selain cinta untuk menyatu dalam Cahaya Terang Pencipta.

“Tidak cukup hanya dengan membaca, atau menonton film, atau mendengarkan ceramah tentang rahasia kebenaran yang akan membawa pencerahan pada hidupmu. Semua itu hanya teori. Yang kau perlukan adalah pengalaman dan praktek. Pencerahan baru benar-benar akan kau dapatkan saat kau berani menghadapi Jiwamu sendiri dan melihat dirimu sendiri apa adanya. Kau adalah Kebenaran. Kau adalah Cinta.” 
~Path to Truth 


Monggo untuk share. Rahayu sagung dumadi.


Vibrasi cinta. 
...((( 💓 )))...