Friday 15 November 2019

Borobudur Cerminan Kehidupan Damai

Bangunan besar dan megah ini hanya mungkin bisa terwujud jika bangsa yang membuatnya hidup dalam damai. Konstruksi yang rumit, ukuran besar dan relief detil yang mengagumkan memerlukan waktu yang panjang untuk menyelesaikannya.

Kemegahan maha karya ini hanya bisa dibuat oleh bangsa yang hidup menetap, hidup berkelimpahan dan memiliki cita rasa seni yang tinggi selain kesadaran spiritual yang tinggi. Mereka yang hidup di padang gurun, hidup nomaden, perang antar suku dan saling menjarah tidak akan sempat berpikir dan memiliki waktu untuk membangun, malah sebaliknya saling menghancurkan.

Pemujaan kepada tuhan yang maha kuasa, paling hebat, agama yang paling benar sesungguhnya lebih berlatar belakang kebutuhan untuk percaya diri dan mental perang. Suku padang gurun yang saling bersaing berebut lahan penggembalaan perlu keyakinan pada kekuatan yang melindungi untuk selalu bisa menang perang. Jika mental tanding mereka lemah, maka hanya akan menjadi bulan-bulanan di lingkungan yang keras cara hidupnya (jahiliah). Itulah mengapa mereka perlu mengklaim dan menanamkan pada kaumnya bahwa sesembahannya adalah paling kuat dan keyakinannya paling benar.

Nusantara adalah negeri yang subur dan masyarakat hidup menetap. Ini artinya masyarakat perlu mengembangkan budaya bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tentu saja budaya bercocok tanam ini menjadikan masyarakat menjadi cerdas dan kreatif serta mengenal dan mengetahui cara kerja alam.

Masyarakat agraris menyadari bahwa alam adalah satu kesatuan sistem penciptaan kehidupan berkelimpahan. Mereka sadar akan rahasia penciptaan kelimpahan hidup yang tersedia pada ekosistem. Mereka paham bagaimana tanah terpelihara kesuburannya yang melibatkan tanah, hewan, organisme, kontur tanah, jenis tanah, cuaca, iklim bahkan siklus perbintangan yang mempengaruhi kehidupan di bumi. Mereka menguasai musim tanam, masa tanam, masa panen, jenis tanaman yang cocok pada musim tertentu, kapan waktu memanen yang tepat dan cara mengolahnya.

Rasa syukur atas kehidupan menjadi budaya dan gerak hidup sehari-hari. Perayaan syukur diwujudkan dalam seni budaya musik, tari, pahat, kerajinan, ritual. Kedekatan dengan Sang Pencipta menjadi bagian hidup sehari-hari yang diwujudkan dengan saling menghormati satu sama lain dan bahkan menghormati alam tetumbuhan dan hewan sebab dalam dinamika alam itulah Sang Pencipta berkarya.

Relief candi Borobudur dengan begitu rupa menggambarkan refleksi akan evolusi kesadaran manusia akan kehidupan. Hanya masyarakat yang hidup damai dan tenang akan mampu mencapai refleksi kehidupan yang begitu dalam. Kehidupan damai membahagiakan dalam kelimpahan hanya akan terwujud dengan cara-cara cinta (welas asih), kreatif berkarya dan berbagi suka cita. Kesadaran spiritual yang tinggi itu dinyatakan dalam salam "Rahayu Sagung Dumadi", semoga semua makhluk berbahagia, kesadaran menyatu dalam kesatuan dengan Sang Pencipta.


Berbagi hal-hal indah dan inspiratif adalah cara aktif untuk mengubah diri dan lingkungan. Monggo untuk share, rahayu sagung dumadi.

Vibrasi cinta. 

...((( 💓 )))...

No comments:

Post a Comment