Ketenangan menciptakan keseimbangan. Jiwa damai yang dilatih melalui pengalaman hidup sehari-hari sebagai jalan spiritual menyatu dengan keagungan Pencipta.
Dalam jiwa yang teduh, emosi terkendali tenang dan pikiran hening, akan mendengar bisikan Tuhan sehingga menerima langsung panduan dari Tuhan. Emosi tenang lebih dipenuhi dengan cinta yang lembut sehingga kecerdasan yang muncul akan disertai kebijaksanaan untuk lahirnya kreativitas indah. Jiwa-jiwa yang menyatu dengan kesadaran Ilahi menghadirkan kehidupan surga.
Kesadaran pada diri manusia disebut “jiwa”/”soul” karena faktor emosi mendominasi dan berpengaruh besar terhadap pola pikirnya. Emosi menentukan caranya mencerna apa yang dilihat dan didengarnya. Reaksinya sangat tergantung pada kondisi emosionalnya. Itulah mengapa dikatakan manusia lebih banyak hidup dalam ilusi dan tidak hidup dalam realita.
Persepsimu atas diriku adalah cerminan dirimu sendiri. Reaksiku terhadap dirimu menyatakan kesadaran diriku sendiri. Apapun yang dipancarkan akan memantul alias mencerminkan kesadaran diri sendiri. Pastikan hanya cinta yang terpancar.
Kata-kata Yesus/Isa yang menarik: "Hendaknya yang punya mata melihat dan yang punya telinga mendengar". Mungkin kata-kata ini terasa aneh. Namun, banyak orang tidak sadar bahwa mereka lebih suka melihat apa yang ingin dilihat dan mendengar hanya yang ingin didengar. Manusia hidup dalam ilusi. Manusia tidak melihat realita kehidupan yang sesungguhnya. Realita kehidupan yang sesungguhnya hanya bisa terlihat dengan mata cinta.
Sikap hening yang terlatih melalui meditasi akan membantu untuk tidak bias oleh emosi. Ketenangan menentukan kepekaan dan ketajaman melihat realita kehidupan yang sesungguhnya. Mereka yang mampu terus dalam keadaan meditatif lebih mudah saling mengerti satu sama lain, komunikasi lebih nyambung.
...((( 💓 )))...
No comments:
Post a Comment