Cinta sering disalahartikan dengan
"memiliki" seperti dalam ungkapan "pacarku" atau
"istriku" atau “suamiku”. Mencintai akan dimurnikan justru pada saat
mendapatkan pengalaman cinta ditolak, putus pacar, kehilangan barang, dimana
ketulusan diuji dan diluruskan pemahamannya. Rasa sayang tidak akan berubah
menjadi benci jika memang sungguh-sungguh mencintai sekalipun yang dicintai
pergi atau hilang karena mencintai berarti "memberi cinta" dan
kebahagiaan itu datang dari memberikan cinta dan yang dicintai lebih bahagia dengan
pilihan hidupnya.
Jika kehidupan adalah proses, maka ketidaktahuan bukanlah suatu
kesalahan yang menetap, karena waktu akan memberinya jalan untuk mengetahui dan
memahami. Memaklumi dan memaafkan akan menjadi jalan bagi diri sendiri untuk
melepaskan beban sehingga lebih mudah untuk menjalani hidup sendiri dimana masing-masing
diri menjalani prosesnya sendiri. Saat saling memberi cinta menjadi cara hidup,
percepatan hidup dalam damai dan bahagia menjadi kepastian.
Saat seseorang mengungkapkan kata-kata yang menyakiti, pikirannya
telah dipenuhi dengan kekecewaan-kekecewaan dan dirinyapun berubah menjadi
monster kepedihan.
Sebaliknya, saat seseorang mengungkapkan kata-kata seni keindahan
cinta, pikirannya dipenuhi ide-ide kreatif bernuansa cinta, dan iapun berubah menjadi hidup dan
aktif penuh kebahagiaan sebagaimana kata-kata cinta yang menyembur dari
kesadarannya.
Saat seseorang melukai orang lain, sebenarnya ia telah terluka
sebelum melukai orang lain, yakni hatinya sendiri yang dipenuhi amarah.
Orang akan berhenti menggunakan kata-kata kasar saat menyadari bahwa
dirinya semakin terluka saat berpikir tentang kata-kata kasar untuk dilontarkan
karena pikiran-pikiran itu
membebani dirinya.
Sebaliknya, orang akan makin suka menggunakan kata-kata halus dan
santun saat menyadari bahwa dirinya makin sehat dan bahagia membentuk
lingkungan penuh kasih dan syukur.
Cinta adalah jaminan bahwa diri sendiri selalu sehat dan orang
lainpun tersenyum sehingga melihat sesama tersenyumpun membuat diri sendiri
makin bahagia. Bahasa cinta membahagiakan untuk dua arah timbal balik.
Dalam prakteknya cinta dan kebijaksanaan selalu lahir dari benturan-benturan kehidupan. Orang bisa
"melihat" karena pengalaman-pengalaman yang sering membuatnya "terpojok" dan
saat pilihannya salah/tidak bisa dipertanggungjawabkan hanya semakin membuatnya
terpojok, sehingga tidak ada pilihan lain selain bangkit dari kubangan lumpur,
membersihkan diri dan hidup dengan cara-cara bijaksana, dan ia tahu apa arah pilihannya karena
pengalamannya yang terbukti hanya menyakiti dirinya tentu tak akan dipilih. Ia akan
yakin pasti bahwa pilihan hidup sebagai cahaya cinta pasti menjamin
kebahagiaannya, karena setiap solusi bijaknya akan menjadi anugerah bagi
hidupnya.
Cinta adalah energi hidup, selalu tersedia setiap saat, dan gratis.
Seringkali ia hanya perlu sedikit benturan yang membuatnya lebih aktif. Situasi
nyata akan membuatnya berpendar lebih terang sejalan dengan respons yang
diberikannya untuk merangkul semuanya dengan cinta. Kreativitas tiada henti dan
solusi-solusi
keindahan menjadi ujud/manifestasi untuk mewarnai kehidupan menjadi warna-warni
pelangi yang berpadu harmonis.
19 April 2012
Sony H. Waluyo
==
No comments:
Post a Comment