Memperbicangkan tentang kebenaran seringkali menyeret
diri pada perdebatan tanpa ujung dan tak jarang saling melukai hati para
peserta diskusinya. Karena segala sesuatunya merupakan proses yang berjalan dan
melibatkan berbagai dinamika, dan orang cenderung melihat pada suatu titik atau
suatu sudut pandang, maka kebenaranpun tetap aman menjadi misteri.
Oleh karena itu dari pada waktu habis untuk
berdebat, para pelukis lebih suka menyibukkan diri dengan melukis, para
penyanyi menembangkan syair-syair cinta, para penyuka tanaman hias sibuk
memperindah taman, para penyair menggubah syair-syair kasih; karena mereka
memahami bahwa saat semakin banyak manusia mampu menghargai keindahan, dengan
mudah akan memahami bahwa dualitas baik-buruk/salah-benar itu adalah satu
kesatuan adanya.
Seorang pencari kebenaran yang melakukan
pencariannya dengan sibuk mencari kesalahan-kesalahan sebenarnya hanya akan
mengumpulkan kesalahan-kesalahan dan iapun akan tenggelam dalam perdebatan dan
kritik-kritik mengenai kesalahan-kesalahan; sehingga akan semakin jauh dari
kebenaran itu karena yang disimpan pada dirinya adalah hal-hal yang disebutnya
sebagai kesalahan-kesalahan.
Jika ia mulai menghargai setiap informasi dan menyimpannya sekalipun ia belum memahaminya, maka ia akan mulai menjalin rangkaiannya saat satu per satu dirinya dibawa ke pengalaman-pengalaman dimana pengetahuan-pengetahuan itu mulai menambal lubang-lubang dan menjembatani perjalanannya memahami; sehingga semakin yakin pasti bahwa semuanya baik-baik saja dan segera akan diketahuinya.
Jika ia mulai menghargai setiap informasi dan menyimpannya sekalipun ia belum memahaminya, maka ia akan mulai menjalin rangkaiannya saat satu per satu dirinya dibawa ke pengalaman-pengalaman dimana pengetahuan-pengetahuan itu mulai menambal lubang-lubang dan menjembatani perjalanannya memahami; sehingga semakin yakin pasti bahwa semuanya baik-baik saja dan segera akan diketahuinya.
Mengenai dualitas baik-buruk/salah-benar, yang
perlu diingat adalah bahwa kedua sisi itu saling melengkapi sehingga merupakan
satu kesatuan, seperti dua muka dari sekeping koin. Contoh dalam bentuk proses;
daun yang kering dan gugur bukanlah hal yang salah karena ia hanya jatuh ke tanah
dan terurai kembali dan menjadi kompos. Contoh lainnya; untuk bisa naik sepeda akan
menghadapi resiko jatuh, sehingga jika tidak mau mengambil resiko jatuh maka tidak
akan pernah belajar naik sepeda.
Begitulah semua hal terpecah-pecah dalam apa yang dinilai dengan baik-buruk/benar-salah dan orangpun sibuk memperdebatkan pengelompokannya sehingga misteripun takkan terjawab selama masih berusaha memisahkan antara benar dan salah.
Maka yang diperlukan adalah menjahitkan atau menyatukannya atau melihat komponen-komponen dan prosesnya sebagai satu kesatuan yang saling melengkapi.
Begitulah semua hal terpecah-pecah dalam apa yang dinilai dengan baik-buruk/benar-salah dan orangpun sibuk memperdebatkan pengelompokannya sehingga misteripun takkan terjawab selama masih berusaha memisahkan antara benar dan salah.
Maka yang diperlukan adalah menjahitkan atau menyatukannya atau melihat komponen-komponen dan prosesnya sebagai satu kesatuan yang saling melengkapi.
Seorang guru spiritual pasti paham bahwa uraian
penjelasannya secara deskriptif tidak akan pernah mampu menjelaskan atas
pertanyaan muridnya, termasuk pertanyaan tentang apa itu kebenaran ini sehingga
yang bisa dilakukannya adalah hanya memberi muridnya rambu-rambu dan membiarkan
si murid mencobanya, mengalami situasinya, nglakoni,
sehingga si murid baru akan tahu persis, mungkin setelah beberapa kali mencoba.
Dan perlu diingat, seseorang mungkin sudah ratusan kali mencoba hidup, gagal lagi,
mencoba lagi, gagal lagi, berulang kali; namun kali ini, dengan cinta pasti
akan berhasil.
[http://www.facebook.com/photo.php?fbid=3795681613527&set=a.3450357580642.2158706.1321815697&type=3]
love&light.♥.^_^.
No comments:
Post a Comment