Sunday, 22 April 2012

[120422][Artikel] SIKAP MENGHADAPI PERDEBATAN MENGENAI KEBENARAN

Sony H. Waluyo, 22 April 2012

Memperbicangkan tentang kebenaran seringkali menyeret diri pada perdebatan tanpa ujung dan tak jarang saling melukai hati para peserta diskusinya. Karena segala sesuatunya merupakan proses yang berjalan dan melibatkan berbagai dinamika, dan orang cenderung melihat pada suatu titik atau suatu sudut pandang, maka kebenaranpun tetap aman menjadi misteri.

Oleh karena itu dari pada waktu habis untuk berdebat, para pelukis lebih suka menyibukkan diri dengan melukis, para penyanyi menembangkan syair-syair cinta, para penyuka tanaman hias sibuk memperindah taman, para penyair menggubah syair-syair kasih; karena mereka memahami bahwa saat semakin banyak manusia mampu menghargai keindahan, dengan mudah akan memahami bahwa dualitas baik-buruk/salah-benar itu adalah satu kesatuan adanya. 

Seorang pencari kebenaran yang melakukan pencariannya dengan sibuk mencari kesalahan-kesalahan sebenarnya hanya akan mengumpulkan kesalahan-kesalahan dan iapun akan tenggelam dalam perdebatan dan kritik-kritik mengenai kesalahan-kesalahan; sehingga akan semakin jauh dari kebenaran itu karena yang disimpan pada dirinya adalah hal-hal yang disebutnya sebagai kesalahan-kesalahan. 

Jika ia mulai menghargai setiap informasi dan menyimpannya sekalipun ia belum memahaminya, maka ia akan mulai menjalin rangkaiannya saat satu per satu dirinya dibawa ke pengalaman-pengalaman dimana pengetahuan-pengetahuan itu mulai menambal lubang-lubang dan menjembatani perjalanannya memahami; sehingga semakin yakin pasti bahwa semuanya baik-baik saja dan segera akan diketahuinya. 

Mengenai dualitas baik-buruk/salah-benar, yang perlu diingat adalah bahwa kedua sisi itu saling melengkapi sehingga merupakan satu kesatuan, seperti dua muka dari sekeping koin. Contoh dalam bentuk proses; daun yang kering dan gugur bukanlah hal yang salah karena ia hanya jatuh ke tanah dan terurai kembali dan menjadi kompos. Contoh lainnya; untuk bisa naik sepeda akan menghadapi resiko jatuh, sehingga jika tidak mau mengambil resiko jatuh maka tidak akan pernah belajar naik sepeda. 

Begitulah semua hal terpecah-pecah dalam apa yang dinilai dengan baik-buruk/benar-salah dan orangpun sibuk memperdebatkan pengelompokannya sehingga misteripun takkan terjawab selama masih berusaha memisahkan antara benar dan salah.

Maka yang diperlukan adalah menjahitkan atau menyatukannya atau melihat komponen-komponen dan prosesnya sebagai satu kesatuan yang saling melengkapi. 

Seorang guru spiritual pasti paham bahwa uraian penjelasannya secara deskriptif tidak akan pernah mampu menjelaskan atas pertanyaan muridnya, termasuk pertanyaan tentang apa itu kebenaran ini sehingga yang bisa dilakukannya adalah hanya memberi muridnya rambu-rambu dan membiarkan si murid mencobanya, mengalami situasinya, nglakoni, sehingga si murid baru akan tahu persis, mungkin setelah beberapa kali mencoba. Dan perlu diingat, seseorang mungkin sudah ratusan kali mencoba hidup, gagal lagi, mencoba lagi, gagal lagi, berulang kali; namun kali ini, dengan cinta pasti akan berhasil.

love&light..^_^.

==

No comments:

Post a Comment