Ketika kisah ini mulai dituliskan sebagai kehidupan…
peran-peranpun mengambil posisinya merangkai alur…
belitan masalah seolah mengarah tanpa ujung…
dimana satu sama lain saling melilit dalam kebuntuan…
menyisakan hanya sedikit ruang harapan…
yang membuat kaki tetap terayun meniti zaman…
Alur kisahpun tercerai dalam berbagai cabang…
seperti pohon dengan semua cabang dan rantingnya…
menggapai cahaya matahari untuk sumber hidupnya…
di antara cabang dan ranting pohon lainnya…
menyisakan sebagian tertutup tak mendapat cahaya…
sementara yang lain mesti kuat di bawah teriknya mentari…
Ketika satu sama lain mempertanyakan kelemahan…
dan mempertengkarkan perbedaan peran yang dijalankan…
hanya akan memperumit permasalahan…
karena masing-masing hanyalah memainkan suatu fungsi…
yang akan saling melengkapi untuk seluruh kisah…
yang kan menjadi kebahagiaan bersama…
Seperti halnya pada bagian-bagian pohon…
dimana batang tak mungkin mengeluhkan dahan…
dan dahan tak perlu memprotes ranting…
sebagai hanya membebani dan menjadi tanggungan…
karena merekapun tergantung pada akar yang menopang di tanah…
dan merekapun perlu daun di ranting untuk memasok energi…
Kehidupan kan menjadi kian mudah…
dan keruwetanpun mulai terurai menjadi alur cinta…
saat masing-masing saling menghargai peran…
dan menjalankan fungsi sesuai potensinya…
sehingga memiliki kepercayaan diri untuk memberi yang terbaik…
dan menerima peran sesamanya untuk mengisi kelemahannya…
Begitulah semesta cinta senantiasa diteladankan…
oleh pepohonan yang hidup dari masa ke masa…
dalam keheningan mereka di hutan rimba…
sehingga mereka bisa tumbuh selama ribuan tahun…
menjadi rumah berbagai kehidupan…
dan semuanyapun kan menyatu sebagai rangkaian semesta cinta…
19 April 2012
Sony H. Waluyo
19 April 2012
Sony H. Waluyo
==
No comments:
Post a Comment