Sony H. Waluyo, 26 April 2012
Mentari siang bergerak mencapai puncaknya…
langit tanpa awan membuat cahayanya bebas mencapai tanah…
akupun berjalan sambil menahan haus…
mencari bayang-bayang pohon yang tak seberapa lebarnya…
untuk sedikit mengurangi gerahnya udara…
sementara perjalanan mendaki ini masih cukup jauh…
Jika ini yang disebut siang yang teramat cerah tanpa awan…
dengan langit biru yang membentang luas…
mestinya inipun suatu keindahan yang diimpikan…
apalagi ditambah dengan pemandangan yang begitu terbuka…
sehingga matapun bisa menjangkau gunung-gunung di
kejauhan…
semuanya tersedia sebagai apa adanya…
Pikiran ini sedikit mengobatiku dari letihnya kaki
melangkah…
sambil menikmati peluh yang bercucuran…
membasahi tubuh dan memberikan kesegaran…
mengajak aku untuk mengenali apa yang disebut kenyamanan…
di saat aku dihadapkan pada kenyataan…
bahwa cerah dan birunya langit berarti tanpa awan peneduh…
Namun tak ayal akupun tetap merindukan…
ada angin yang sudi bertiup untukku…
membawa awan-awan kecil itu bergeser kesini…
untuk memayungiku dari teriknya matahari…
awan yang sering disebut lambang kegalauan hati…
yang kini aku rindukan sebagai payung…
Perjalanan ini menyadarkan aku tentang penilaian…
yang dilekatkan pada suatu keadaan…
ternyata bukanlah suatu nilai yang bersifat permanen…
karena aku selalu menilai baik-buruknya dari
kepentinganku…
dikatakan buruk jika aku mendapatinya menyusahkanku…
dikatakan baik hanya jika aku menerima manfaatnya…
Kini akupun bisa belajar bahwa awan itupun…
memberikan keteduhan di kala kepanasan…
sehingga akupun hanya perlu melihat setiap situasi…
dari dampak manfaat yang akan diberikan…
yang kan menggiringku ke suatu ujung perjalanan…
dimana kebahagiaan demi kebahagiaan bisa dirasakan…
love&light.♥.^_^.
==
No comments:
Post a Comment