Thursday 24 October 2013

[131025][N] KETIKA SAINS & SPIRITUALITAS MENJELASKAN TENTANG DUNIA GAIB

Holographic Universe

Leluhur kuno sudah menggambarkan dengan gamblang bahwa alam ini sebenarnya suwung (kosong) yang mungkin saat ini bisa lebih mudah dicerna melalui fisika kuantum dimana dinyatakan bahwa alam ini adalah hologram raksasa (holographic universe) yang artinya segala yang tampak sebagai realita adalah hologram dari proyeksi pikiran belaka. Alam adalah kanvas kosong berupa lautan energi.

Itulah mengapa ada orang-orang yang melihat alam kehidupan di dimensi lain karena pikirannya bergetar dengan cara lain sehingga memproyeksikan gambar hidup alam lain bersama-sama dengan pikiran-pikiran dari mereka yang memproyeksikan gambar hidup sebagai dimensi lain itu. Sementara orang lain tidak pernah melihat dimensi lain karena memang tak memproyeksikannya.

Untuk lebih jelasnya lagi bisa melihat ke tingkat paling mendasar atau detil terkecil dari alam dengan merujuk ke teori tentang atom, dimana setiap atom terdiri dari elektron (kutub negatif) yang mengelilingi proton (kutub positif) dan neutron pada inti atom (nucleus), sehingga itu berarti bahwa setiap atom adalah ruang kosong (alam suwung) [lihat ilustrasi].

Jadi alam semesta ini adalah lautan energi yang menjadi layar untuk proyeksi dari masing-masing pikiran individu jiwa, sehingga seperti apa gambar hidup yang dimunculkan di layar semesta tentunya akan tergantung dari pikiran masing-masing individu jiwa.

Namun setidaknya pengalaman bermimpi akan mengambarkannya lebih mudah, yakni bahwa saat tidur dan bermimpi setiap orang membuat hologram yang berbeda dengan hologram yang dilihatnya saat matanya terbuka melek. Itu pula yang menjelaskan mengapa cerita dalam mimpi bisa meloncat-loncat dan berganti setting tempat secara acak, karena pada saat tubuh fisik tidur pikiran bawah sadar mengambil alih kendali untuk menciptakan gambar hologram yang disebut mimpi. Lebih tepatnya pikiran jiwa saat tubuh fisik tertidur akan terlepas dari keharusan menggunakan indera pada tubuh fisik untuk melihat alam. Indera non-fisik tersebut sering juga disebut “mata ketiga”/”indera keenam”, yakni sebagai mata lain/indera lain yang “memandang” kehidupan dengan cara lain dengan mata fisik.  

Realita yang terlihat saat mata melek adalah suatu hologram yang diciptakan oleh pikiran-pikiran kolektif dimana tubuh fisik yang digunakan oleh manusia saat ini "membatasi jiwa-jiwa yang tinggal di dalamnya" untuk mengikuti suatu pola pikir kolektif yang membuat manusia secara bersama-sama menampilkan hologram yang "serupa" walau tidak persis sama, karena selalu ada kekecualian pada masing-masing individu jiwa, seperti terlihat bahwa ada orang-orang yang bisa melihat dan berada di alam dimensi lain itu. Setiap orang bagaimanapun memiliki pikiran yang berbeda-beda seperti terlihat dalam perdebatan dan diskusi karena memang melihat kehidupan dan memiliki pengalaman berbeda-beda untuk dipaparkan.

Matriks Kehidupan

Dalam matriks kehidupan, digambarkan bahwa alur waktu adalah seperti tenunan kain, dimana setiap jiwa bisa berpindah jalur alur hidup, seperti garis-garis benang pada kain itu, setiap saat dan hologram realita yang muncul akan berubah sejalan dengan pilihan-pilihan keputusan hidup yang dibuatnya dari waktu ke waktu. Garis benang alur waktu yang dipilih adalah “fokus pikiran” yang menjadi latar belakang pengambilan keputusan pilihan-pilihan alur hidup. Oleh karena alasan itu pula mengapa para guru spiritual mengajarkan kebijaksanaan hidup, yaitu agar pikiran-pikiran orang secara bersama-sama menciptakan alur hidup bahagia dan diproyeksikan ke kanvas semesta sehingga menjadi hologram gambar hidup damai sejahtera.

Jiwa-jiwa yang menginginkan bumi menampilkan kehidupan damai sejahtera tentunya tidak akan memunculkan pikiran-pikiran penggunaan cara-cara hukuman yang adalah bentuk kekerasan karena berpikir tentang hukuman dan kekerasan akan memancarkan hologram kekerasan ke kanvas semesta. Maka jiwa-jiwa pendamai akan selalu fokus memancarkan pikiran damai, bijak, pengampunan, cinta agar terproyeksikan ke kanvas semesta di bumi.

Otak Memiliki Sifat Plastis

Buku "Train Your Mind Change Your Brain" memuat kesimpulan dari riset yang dilakukan para ahli syarat otak tentang cara kerja otak. Intinya dikatakan bahwa otak sangat plastis dan akan berkembang tergantung dari pikiran. Itu pula mengapa ada nasehat yang mengatakan "berpikirlah dengan hati". Ini artinya bukan otak yang memproduksi pikiran, melainkan pikiranlah yang membentuk cara kerja otak. Semakin pikiran berkembang, maka otak akan semakin mekar perkembangannya mengikuti dan menyesuaikan dengan kebutuhan pikiran. Maka orang yang pikirannya sehat tubuhnya juga selalu sehat karena otak hanya mengikuti perintah pikiran dan meneruskannya ke sel-sel tubuh untuk menjadi seperti yang ada di pikiran itu.

Tubuh fisik dari seseorang sesungguhnya sudah sama sekali berbeda dengan saat terlahir, sudah "mlungsungi" (berganti) berkali-kali tak terhitung. Sel-sel tubuh secara terus-menerus berganti baru. Hal ini juga bisa dilihat dengan memperhatikan perubahan bentuk wajah foto-foto sejak kecil sampai dewasa. Pikiran yang sering dipengaruhi kondisi emosional yang berubah-ubah akan menampilkan bentuk wajah yang berubah-ubah.

Adalah Dalai Lama yang menginginkan adanya riset tentang cara kerja otak sehingga tersusun buku "Train Your Mind Change Your Brain" tersebut. Dalai Lama menginginkan adanya penjelasan ilmiah atas peristiwa-peristiwa supranatural yang dialami para biksu, entah penyembuhan, penglihatan tentang masa depan atau tentang alam lain.  Maka alam kehidupan lain tentang jin atau kepercayaan tentang malaekat dan dewa serta alam gaib menjadi lebih jelas bahwa semua itu terkait dengan holographic universe dan bentuk tampilan alam seperti apa yang muncul selalu tergantung dari pikiran masing-masing jiwa.

Dari uraian di atas selanjutnya bisa dipahami bagaimana jiwa sebenarnya tidak pernah mati dan hanya berganti-ganti “mimpi” saat mati atau bahkan bisa dikatakan bahwa hidup di realitas saat ini adalah sebuah mimpi kecil dan teramat singkat dari suatu jiwa yang hidup abadi. Menjalani hidup berupa kisah-kisah konflik dalam suatu realitas hologram fisik adalah sebuah “mimpi buruk” bagi jiwa yang sedang tidur alias tidak sadar dengan apa yang dipikirkan dan dilakukannya. Setiap jiwa yang sadar akan memahami konsekwensi dari pikirannya karena selalu berdampak kembali pada dirinya sendiri yang menciptakan semua pengalamannya untuk dinikmati sendiri. Jiwa yang sadar akan selalu hidup dalam cara-cara cinta dan bijaksana yang akan muncul sebagai proyeksi hologram realitas fisik.

Jika menyadari dan memahami cara kerja alam semesta di atas, maka alam gaib hanyalah proyeksi pikiran dari jiwa-jiwa dan semua muncul tampak sebagai realitas tergantung pada tingkat kesadaran dan ketajaman fokus pikiran untuk menampilkannya pada kanvas holografis alam semesta.

Fractal Cosmology

Melalui teori fractal dipahami bahwa perjalanan hidup setiap orang mengikuti suatu pola perulangan tertentu namun jika dilihat secara detil akan terlihat sebagai kekacauan. Demikian juga jika dipandang dari jiwa yang hidup abadi, maka satu periode kehidupan fisik hanyalah suatu waktu sekejab, namun terasa sangat panjang.

Saat turun (inkarnasi) ke dalam bentuk kehidupan fisik, setiap jiwa hadir untuk melihat suatu detil dari perjalanan abadinya sehingga dapat melihat bagaimana aliran kehidupan pada tingkat detil yang tampak kacau. Gambarannya adalah seperti melihat sebuah kursi yang nampak mulus tetapi saat turun ke detilnya di tingkat atom, kursi mulus tersebut juga terlihat sebagai gerakan energi berupa elektron yang mengelilingi inti atom, maka sebuah kursi pada tingkat atom adalah suatu benda yang bergerak-gerak.

Di tingkat kehidupan fisik (alam padat ini) jiwa-jiwa dapat menyaksikan proses tumbuh tanaman dari bentuk benih, bertunas, tumbuh akar-batang-daun sampai berbunga dan berbuah. Dan dengan inkarnasi ke dalam tubuh fisik manusia, jiwa mengalami sendiri suatu proses tumbuh dalam bentuk manusia yang membangun kehidupan dan merawatnya. Jiwa sebagai percikan kesadaran kosmos yang sedang memastikan bahwa di tingkat fisik semuanya berjalan dengan baik. Setiap kali percikan kesadaran kosmos turun inkarnasi ke bentuk fisik yang mengambil jalur matrik kehidupan di tingkat materi padat adalah untuk misi pembelajaran dan pembenahan.

Dimensi Kehidupan, Tingkat Kepadatannya & Satuan Waktu

Sumber-sumber spiritual mengatakan bahwa alam semesta tersusun atas 12 dimensi dengan 12 tingkat kepadatannya. Masing-masing dimensi dan tingkat kepadatannya memiliki kecepatan rambat cahaya yang berbeda. Semakin tinggi dimensi dan semakin halus kepadatannya kecepatan aliran energinya semakin tinggi, yang membuat perbedaan satuan waktu yang berbeda bertingkat pada masing-masing dimensi. Sebagai gambarannya dapat melihat satuan waktu menurut hitungan waktu kalpa sebagai berikut:

- 1 kalpa terdiri dari 1.000 maha yuga
- 1 maha yuga berlangsung selama 12.000 tahun dewa
- 1 tahun dewa setara dengan 360 tahun manusia pada dimensi 3 saat ini

Berdasar perhitungan tersebut satu maha yuga setara dengan 4,32 juta tahun manusia bumi, dan satu kalpa setara dengan 4,32 miliar tahun. Sedangkan 1 kalpa sama dengan satu hari kehidupan di tingkat Brahma.

Adanya pengetahuan pembagian waktu dan satuan waktu menurut kalpa di atas mengisyaratkan bahwa ada makluk hidup dengan kecerdasan sedemikian rupa yang melewati masa hidup di atas batas usia hidup manusia yang dipahami manusia bumi saat ini. Setiap jiwa yang memiliki kehidupan abadi memungkinkannya memahami rentang waktu yang sedemikian panjang.  

--
[http://www.facebook.com/photo.php?fbid=10202316587579028&set=a.10202142648310655.1073741832.1321815697&type=1&relevant_count=1]
--
===

Love&light ... ((( <3 ))) ...

25 Oktober 2013

** ** **


No comments:

Post a Comment