Tuesday 21 April 2020

Kartini Ibu Kebangkitan Spiritual

Kartini lebih dikenal sebagai pejuang emansipasi wanita, namun pemikirannya sebenarnya jauh melampaui kesadaran rata-rata orang pada eranya. Ia adalah pendobrak zaman yang berjuang bagi kemerdekaan jiwa baik kaum wanita maupun pria.

Ketika Kartini menyatakan "Agama memang menjauhkan kita dari dosa, tetapi berapa banyak dosa dilakukan atas nama agama" sungguh mengguncang kesadaran untuk terbangun dari tidur.

Pernyataan Kartini ini mungkin tidak banyak diketahui sebab sangat dalam maknanya dan memicu kegelisahan bagi mereka yang menikmati keuntungan dan zona nyaman dari keadaan itu.

Persoalan yang dihadapi oleh kaum perempuan seperti kekerasan dan kemerdekaan berpikir bukan hanya sekedar berakar dari dominasi pria, namun juga sistem pola pikir yang ditanamkan melalui sistem kepercayaan. Ketika berurusan dengan pola pikir yang ditanamkan oleh sistem kepercayaan orang cenderung enggan dan tak berani bergeming untuk berpikir lebih jauh selain hanya patuh. Orang hidup dalam ketakutan yang mematikan daya hidup kreatif mereka.

Untuk memahami kedalaman pemikiran Kartini perlu untuk mengetahui latar belakang situasi zamannya. Pada masa itu orang meyakini agamanya tanpa memiliki kemampuan membaca dan mengerti bahasa dimana ajaran tersebut disampaikan. Orang hanya sekedar hafal tanpa mengerti apa artinya. Ini berarti banyak orang percaya pada sesuatu yang sama sekali tidak mereka pahami sebagai kebenaran. Mereka hanya patuh pada pemimpinnya yang sebenarnya juga tidak benar-benar paham apa yang mereka katakan.

Prihatin dengan kondisi masyarakatnya, Kartini meminta agar Kitab Suci dalam bahasa asing diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa sehingga dapat dibaca dan dipahami. Pesan untuk membaca atau iqra bagi Kartini memiliki aspek ganda, yakni memperluas wawasan pengetahuan dan sekaligus kedalaman makna. Sekedar memiliki banyak pengetahuan tanpa menggali kedalaman maknanya orang dapat terjebak pada pengertian yang membawa kasus-kasus kekerasan.

Di mata Kartini, penindasan pada kaum perempuan dan penjajahan memiliki kompleksitas yang melibatkan berbagai aspek. Penjajahan yang terjadi tidak dapat dinilai sebagai hitam-putih dengan pernyataan Belanda menjajah Indonesia. Faktanya adalah Kartini bersahabat dan bertukar pikiran dengan orang-orang Belanda yang membantu pertumbuhan kesadaran spiritualnya.

Kartini melihat bahwa penjajahan melibatkan kebodohan serta keserakahan dimana ketakutan digunakan sebagai cara agar manusia terperangkap dalam kebodohan sehingga dengan mudah dapat diatur dan dikendalikan. Penjajahan melibatkan berbagai sistem dan bukan tentang sebuah negara yang menjajah negara lain, tetapi lebih merupakan sistem ekonomi yang mengatur sistem politik dan melibatkan sistem kepercayaan yang menakut-nakuti.

Maka, sebenarnya penjajahan yang terjadi adalah hasil kolaborasi keserakahan yang melibatkan orang-orang dari berbagai bangsa dan memanfaatkan kebodohan untuk mendukung penjajahan. Kartini menyaksikan orang-orang yang mengaku paling benar atas nama agama dengan begitu mudahnya menghakimi sesama dan melakukan kekerasan. Mereka sama sekali tidak sadar bahwa kebodohannya digunakan oleh sistem yang mengabdi pada keserakahan.

Untuk mendobrak dan membuat perubahan, kemampuan baca tulis dan akses pendidikan bagi kaum perempuan merupakan kunci sebab kaum ibu adalah peletak pondasi pendidikan mental generasi penerus. Seorang ibu yang berwawasan luas dan sekaligus memiliki kedalaman pemahaman akan menjadi pengayom generasi penerus yang cerdas, kreatif dan bijaksana.

 

§ 

Investasi tidak hanya cukup berupa uang tetapi juga inspirasi yang mencerdaskan, membangun rasa damai dan bijaksana untuk mengembangkan keterampilan kreatif sehingga akan memanen hasil-hasil karya kreatif dan kebahagiaan.

Klik "Follow" di blog untuk berlangganan gratis inspirasi-inspirasi baru.

Monggo untuk share. Rahayu sagung dumadi.



Vibrasi cinta. 

...((( 💓 )))...

No comments:

Post a Comment