Monday 27 April 2020

Apakah Tuhan Perlu Bayaran?

Apakah Tuhan membutuhkan bayaran sebagai pengganti atau tebusan agar seseorang mendapatkan pengampunan atau berkah?

Logikanya, jika semua kesalahan yang dilakukan oleh milyaran manusia disimpan oleh Tuhan tentu hidup Tuhan akan sangat berat oleh karena kejengkelan tiada habisnya melihat ulah manusia.

Sesungguhnya Tuhan tidak pernah memandang dan menyimpan suatu kesalahan apapun sebagai dosa. Justru sebenarnya hanya manusialah yang hobi menyimpan kesalahan sebagai dosa.

Maka, sebenarnya Tuhan juga tidak meminta korban darah dan nyawa sebagai tebusan dosa. Tuhan juga tidak perlu menyuap dan memberikan bayaran kepada iblis agar manusia dilepaskan oleh iblis dan boleh dibawa masuk ke surga.

Logikanya, orang tidak akan pernah bisa bahagia selama ia menyimpan kesalahan sesamanya sebagai dosa. Orang yang suka menyimpan kesalahan sesamanya cenderung mudah tersinggung dan tersulut emosinya sehingga mudah meledak-ledak dalam kemarahan. Tentu saja ia akan selalu kesulitan untuk dapat menikmati hidup dengan bahagia.

Jiwa yang tidak bisa melepaskan kesalahan-kesalahan selamanya akan bersifat emosional, terperangkap dalam pola hidup tidak bahagia, maka tentu saja tidak akan dapat menjalani hidup di surga yang adalah kehidupan damai dan bahagia.

Jadi, begitu pula sesungguhnya darah Yesus yang tertumpah dalam penyaliban bukanlah sebagai tumbal silih dosa. Kisah penyaliban sebenarnya adalah teladan nyata untuk mengampuni dengan tulus, yang dengan cara itu akan melepaskan diri dari terperangkap dalam pola hidup tidak bahagia .

Jadi kata-kata sakral Yesus di kayu salib adalah, "Aku mengampuni mereka yang menyalibkanKu sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat".

Totalitas pengampunan sebagai wujud nyata cinta itu yang diajarkan oleh Yesus.

Inilah puncak ajaran spiritual. Totalitas cinta dengan pengampunan, melepaskan beban agar dapat menjalani hidup bahagia. Bersama dengan pengampunan tulus, otomatis vibrasi kesadaran meningkat dan jiwa mengalami ascension/moksa ke realita dimensi tinggi, realita yang disebut alam surgawi.

Sikap menghakimi dan menghukum adalah sikap memisahkan diri dari rahmat Tuhan. Rahmat Tuhan akan datang dengan cara mengampuni, menerima apa adanya yang dengan demikian menghidupkan api cinta di dalam diri.

Sikap cinta ini akan memicu munculnya kreativitas untuk menghadirkan solusi, mengulurkan tangan dan memberikan bantuan sehingga semua masalah dapat diselesaikan. Dengan sikap menerima apa adanya dan mengulurkan tangan maka setiap jiwa akan memainkan peran selaku saluran rahmat dan menyatu dalam aliran rahmat itu.

Jiwa yang hidup tanpa beban, ringan tangan membantu akan sangat kreatif dan melihat apapun yang terjadi dan melintas dalam hidupnya sebagai peluang untuk kreatif berkreasi. Ia mengambil sikap melampaui dualitas baik-buruk/benar-salah. Semua dilihat sebagai aliran energi gerak kehidupan.


Menyimpan kesalahan sesama sebagai dosa hanya akan menjadi beban yang membuat mudah tersinggung, emosional dan tentu saja akan selalu kesulitan untuk dapat menjalani hidup dengan bahagia – terperangkap dalam ketidakbahagiaan. 
Maka, mengampuni kesalahan adalah hadiah terbesar bagi diri sendiri, yakni melepaskan beban dan membebaskan diri dari penjara ketidakbahagiaan. Pengampunan adalah bagian integral dari cinta yang adalah kunci akses memasuki kehidupan bahagia. 

§ 

Investasi tidak hanya cukup berupa uang tetapi juga inspirasi yang mencerdaskan, membangun rasa damai dan bijaksana untuk mengembangkan keterampilan kreatif sehingga akan memanen hasil-hasil karya kreatif dan kebahagiaan.

Klik "Follow" di blog untuk berlangganan gratis inspirasi-inspirasi baru.

Monggo untuk share. Rahayu sagung dumadi.



Vibrasi cinta. 

...((( 💓 )))...

1 comment:

  1. Numpang promo ya gan
    kami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
    ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*

    ReplyDelete