Thursday 2 April 2020

Misi Mempercantik Bumi - Memayu Hayuning Bawono

Jika memperhatikan jejak arkeologi di candi Cetho dan di Sumeria ini serta mengikuti perkembangan penelitian tentang tablet Sumeria yang diterjemahkan oleh Zakharia Sitchin, maka akan terkuak hubungan peradaban di bumi dengan luar bumi. Nusantara memiliki banyak kisah para dewa dan begitu juga di berbagai belahan bumi. Para bangsawan disebut kaum berdarah biru yang artinya adalah memiliki garis keturunan para dewa.

Dalam tablet Sumeria dikisahkan tentang kedatangan mereka yang disebut Anunnaki yang secara harafiah berarti "mereka yang turun dari langit". Istilah padanan Anunnaki dalam bahasa Ibrani adalah Elohim. Itulah juga mengapa dalam Kitab Suci Samawi digunakan kata ganti jamak "kami" dan ada kisah tentang Anak-anak Allah (the sons of gods) yang mengambil para perempuan bumi sebagai istri. Kisah perkawinan silang antara mereka yang datang dari luar bumi yang disebut dewa ada di berbagai budaya.

Di sini sebenarnya bisa mulai dilihat adanya kerancuan penggunaan istilah Tuhan dan dewa yang dalam bahasa Inggris baik Tuhan dan dewa menggunakan kosa kata yang sama hanya berbeda dengan huruf besar dan kecil, yakni God dan god; dan begitu juga dalam bahasa Latin: Deus dan deus. Di masa lalu di mana lebih banyak digunakan bahasa tutur/lisan karena masih terbatasnya tulisan sehingga wajar jika timbul kerancuan pengertian itu terlebih di wilayah penuh konflik dan perang dimana kekerasan digunakan untuk menunjukkan superioritas yang berhak menentukan kebenaran versi sejarah.

Jejak di pelataran candi Cetho menggambarkan bentuk seperti pesawat dan memiliki kemiripan dengan bentuk serupa di Sumeria. Begitu juga patung di candi Sukuh memperlihatkan jejak manusia dengan sayap yang juga serupa dengan yang ada di Sumeria. Para Anunnaki di Sumeria dikisahkan datang dari planet Nibiru.

Seni tari di Nusantara banyak menggunakan selendang sebagai simbol sayap. Beberapa budaya Nusantara bahkan menggunakan hiasan bulu burung dalam kostumnya yang merepresentasikan kemampuan terbang. Gatotkaca dalam kisah pewayangan mengenakan kostum dengan simbol bintang.

Ada satu pesan yang menarik dalam spiritual Jawa yang mengatakan "Urip nang bumi Iki mung sadermo mampir ngombe" yang artinya kita hanya sejenak singgah di bumi ini untuk minum dan melanjutkan perjalanan penjelajahan semesta raya.

Dalam akhir kisah dalam tablet Sumeria juga ada pesan bahwa kedatangan kita di bumi ini bukanlah untuk mengeksploitasi dan merusak alam bumi namun menaburkan benih-benih kehidupan dan memeliharanya. Pesan tersebut senada dengan pesan "memayu hayuning bawono" yang artinya mempercantik bumi yang sudah indah adanya.

Pesan dalam tablet Sumeria itu disampaikan setelah terjadinya kerusakan besar di bumi akibat berbagai konflik dan peperangan dengan tekhnologi perusak dan berakhir dengan kisah banjir besar yang menenggelamkan bumi.

Spiritual Nusantara melihat manusia bukan sekedar sebagai ujud fisiknya melainkan kesadaran yang ada di balik ujud fisik itu yang digambarkan dengan seni wayang yang menyiratkan bentuk fisik hanyalah bayangan dari jiwa/soul (dalang) yang menggerakkannya.

Istilah jiwa tua dan jiwa muda menyiratkan pengetahuan tentang tingkat kematangan jiwa dari gemblengan pengalaman dan pembelajaran dari berbagai periode kehidupan fisik dari para jiwa/soul. Jiwa-jiwa akan bisa melanjutkan perjalanan penjelajahan mengarungi semesta setelah menuntaskan misi pembelajaran hidup dan memenuhi tugas memayu hayuning bawono.

Kita sedang mengulang kisah yang sama menuju kehancuran akibat konflik, eksploitasi dengan teknologi yang merusak alam. Status alam saat ini dalam proses penyeimbangan kembali yang bisa berujung kehancuran masif, seperti yang sudah berulang terjadi dan memusnahkan peradaban, mulai dari titik nol kembali. Masih ada waktu untuk mengubah arah ini.


Di pelataran candi Cetho terdapat jejak seperti pesawat yang mirip dengan di Sumeria. Di candi Sukuh terdapat patung manusia bersayap di Sumeria yang disebut Anunnaki yang datang dari planet Nibiru. Seni tari di Nusantara banyak menggunakan selendang atau hiasan bulu burung yang merepresentasikan kemampuan terbang. 

Satu pesan spiritual Jawa mengatakan "Urip nang bumi Iki mung sadermo mampir ngombe" yang artinya kita hanya sejenak singgah di bumi ini untuk minum dan melanjutkan perjalanan penjelajahan semesta raya. 

§

Investasi tidak hanya cukup berupa uang tetapi juga inspirasi yang mencerdaskan, membangun rasa damai dan bijaksana untuk mengembangkan keterampilan kreatif sehingga akan memanen hasil-hasil karya kreatif dan kebahagiaan.

Klik "Follow" di blog untuk berlangganan gratis inspirasi-inspirasi baru.

Monggo untuk share. Rahayu sagung dumadi.



Vibrasi cinta. 

...((( 💓 )))...

No comments:

Post a Comment