Friday 9 March 2018

Kehidupan di Surga Seperti Apa Sih?

Ada yang menggambarkan kehidupan surga ini sebagai dilayani 72 bidadari cantik. Imajinasi melayang ke film-film yang menggambarkan raja duduk di singgasana dikelilingi wanita-wanita cantik yang menghiburnya. Sebuah gambaran surga yang lahir dari bentuk gaya hidup raja-raja di masa lalu. Kepercayaan banyak dipengaruhi oleh konteks budaya dan gaya hidup saat suatu kepercayaan terbentuk. Gaya hidup impian yang dicita-citakan yang kemudian disebut surga. 
Raja di masa kuno sangat berkuasa, hidup mewah, semua serba tersedia dan dilayani banyak budak dan selir. 
Sumber gambar: piruja56.blogspot.co.id

Seiring berjalannya waktu dan perkembangan tehnologi gaya hidup manusia juga berubah. Negara kerajaan sudah banyak digantikan dengan sistem demokrasi. Gambaran gaya hidup seperti raja di masa silam menghilang namun ternyata masih diimani oleh sebagian kelompok orang karena kepatuhannya pada sistem kepercayaannya (agama). Hidup mewah sebagai raja dengan banyak selir tentu dianggap aneh oleh manusia zaman sekarang. Kebangkitan kesetaraan gender secara kritis akan mempertanyakan hak-hak kaum perempuan. Gambaran surga dengan hadiah banyak bidadari adalah sangat maskulin yang dianggap wajar di zaman kuno namun jelas tidak sesuai dengan pola pikir di masa kini.

Di masa lalu kaum perempuan dianggap sebagai harta dan terlebih di wilayah-wilayah dengan kehidupan keras. Orang kaya memiliki banyak budak adalah hal biasa. Agama-agama tumbuh dalam lingkungan seperti ini dan kisah-kisah dalam Kitab Sucinya menggambarkan kehidupan seperti itu. Bagi mereka yang sangat taat pada agama, hukum dan aturan model kuno yang dituliskan dalam kitab suci dianggap sebagai aturan hukum yang wajib dipatuhi. Pola pikir tidak berubah mengikuti pola pikir kuno karena ketaatan pada tradisi agama yang dibentuk ribuan tahun lalu.

Orang-orang ini kemana-mana mungkin naik mobil dengan tehnologi terbaru, gadget tercanggih, gelar pendidikan tinggi atau kedudukan tinggi namun ketika bersentuhan dengan agama sikap mereka akan mengikuti pola pikir kuno itu. Aturan cara berpakaian, kedudukan dan hak-hak pria yang berbeda dengan wanita yang diatur dengan hukum agama sangat berbeda dengan aturan negara modern. Aturan hukum agama dianggap sebagai perintah Tuhan yang hanya boleh dipatuhi sehingga kesenjangan dengan aturan negara sekuler semakin lebar.

Gambaran surga bagi mereka yang sangat patuh pada aturan agama akan mengikuti tradisi dan pola pikir kuno itu. Maka sangat wajar jika mereka meyakini hidup di surga adalah bagaikan raja dengan banyak bidadari atau selir yang melayaninya bersenang-senang sepanjang waktu. Namun bagi mereka yang lebih lentur dan fleksibel, pola pikir dan imajinasi tentang surga lebih mengikuti gaya dan pola pikir di zamannya di masa kini. Sebagian besar orang tidak berani memikirkannya atau berimajinasi sebab ada rasa takut yang ditanamkan sesuai budaya ribuan tahun yang melekat pada sistem kepercayaan.
“Bebaskan dirimu sendiri dari batasan-batasan yang diletakkan orang lain atas dirimu, maka duniamu akan berubah.” 

Sementara itu sebagian kecil manusia bumi yang menempa jalan spiritual dan banyak belajar dari pengamatan serta pengalaman hidup memiliki pandangan progresif. Sekalipun mereka juga penganut agama namun pola pikir mereka independen, terlebih lagi bagi yang menempatkan agama sebagai budaya atau kebutuhan hidup sosial. Mereka memiliki sistem nilai tersendiri dan menganut suatu agama sebab tak mau ribut atau konflik dengan saudara dan tetangga.

Kelompok manusia yang memiliki kesadaran lebih terbuka ini meyakini bahwa kehidupan surga itu bukan berarti ongkang-ongkang kaki bagai raja di masa kuno dimana semuanya serba tersedia dan dilayani. Mereka menyadari bahwa kebahagiaan surga perlu diekspresikan dalam ujud karya kreatif dan kisah-kisah perjalanan hidup yang menjadikan kehidupan surga itu penuh keindahan. Karena kesadaran itu, kelompok kecil manusia ini terus menerus belajar, berlatih spiritual (menggunakan daya hidup) dan praktek mengembangkan diri serta ketrampilan kreatifnya.
“Surga ada dimanapun juga kau merasakan kepenuhan hatimu” 
~We Are Human Angels 


Dalam pengajaran spiritual kebahagiaan surga dinikmati sekarang juga dan tidak perlu menunggu setelah kematian dan pengadilan akhir, sebab sangat memahami akan keabadian hidup setiap jiwa. Dengan kesadaran akan hidupnya yang abadi itu maka tak perlu menunda untuk menciptakan gaya hidup kreatif yang membahagiakan. Hidup di masa kini di bumi adalah penggalan kisah hidup abadinya di surga.

Selamat mengekspresikan kebahagiaan.  


"Tidak ada orang lain yang bisa menjalani hidupmu. Kamu adalah sang artisnya. Goreskan kuasmu pada lukisanmu. Impikanlah karyamu sendiri mewujud." 
~Anna Taylor 



No comments:

Post a Comment