Raja di masa kuno sangat berkuasa, hidup mewah, semua serba tersedia dan dilayani banyak budak dan selir.
Sumber gambar: piruja56.blogspot.co.id
Di masa lalu kaum perempuan dianggap sebagai harta dan terlebih di wilayah-wilayah dengan kehidupan keras. Orang kaya memiliki banyak budak adalah hal biasa. Agama-agama tumbuh dalam lingkungan seperti ini dan kisah-kisah dalam Kitab Sucinya menggambarkan kehidupan seperti itu. Bagi mereka yang sangat taat pada agama, hukum dan aturan model kuno yang dituliskan dalam kitab suci dianggap sebagai aturan hukum yang wajib dipatuhi. Pola pikir tidak berubah mengikuti pola pikir kuno karena ketaatan pada tradisi agama yang dibentuk ribuan tahun lalu.
Orang-orang ini kemana-mana mungkin naik mobil dengan tehnologi terbaru, gadget tercanggih, gelar pendidikan tinggi atau kedudukan tinggi namun ketika bersentuhan dengan agama sikap mereka akan mengikuti pola pikir kuno itu. Aturan cara berpakaian, kedudukan dan hak-hak pria yang berbeda dengan wanita yang diatur dengan hukum agama sangat berbeda dengan aturan negara modern. Aturan hukum agama dianggap sebagai perintah Tuhan yang hanya boleh dipatuhi sehingga kesenjangan dengan aturan negara sekuler semakin lebar.
Gambaran surga bagi mereka yang sangat patuh pada aturan agama akan mengikuti tradisi dan pola pikir kuno itu. Maka sangat wajar jika mereka meyakini hidup di surga adalah bagaikan raja dengan banyak bidadari atau selir yang melayaninya bersenang-senang sepanjang waktu. Namun bagi mereka yang lebih lentur dan fleksibel, pola pikir dan imajinasi tentang surga lebih mengikuti gaya dan pola pikir di zamannya di masa kini. Sebagian besar orang tidak berani memikirkannya atau berimajinasi sebab ada rasa takut yang ditanamkan sesuai budaya ribuan tahun yang melekat pada sistem kepercayaan.
“Bebaskan dirimu sendiri dari batasan-batasan yang diletakkan orang lain atas dirimu, maka duniamu akan berubah.”
Kelompok manusia yang memiliki kesadaran lebih terbuka ini meyakini bahwa kehidupan surga itu bukan berarti ongkang-ongkang kaki bagai raja di masa kuno dimana semuanya serba tersedia dan dilayani. Mereka menyadari bahwa kebahagiaan surga perlu diekspresikan dalam ujud karya kreatif dan kisah-kisah perjalanan hidup yang menjadikan kehidupan surga itu penuh keindahan. Karena kesadaran itu, kelompok kecil manusia ini terus menerus belajar, berlatih spiritual (menggunakan daya hidup) dan praktek mengembangkan diri serta ketrampilan kreatifnya.
“Surga ada dimanapun juga kau merasakan kepenuhan hatimu”
~We Are Human Angels
Selamat mengekspresikan kebahagiaan.
No comments:
Post a Comment