Aturan keagamaan yang ketat dan mengatur semua sendi kehidupan bukanlah tanda kemajuan melainkan adalah pintu gerbang masuk ke peradaban primitif, mundur kembali 2000 tahun lalu ke zaman era Isa/Yesus, saat aturan agama berkuasa mengendalikan manusia secara total.
Pada masa itu manusia hidup dalam belenggu aturan yang ketat dengan ancaman hukuman yang sangat keras dan kejam seperti hukuman rajam (dilempari batu sampai mati), dan manusia benar-benar takut tak berdaya di hadapan "penguasa agama". Zaman kegelapan yang diterobos dan didobrak oleh Isa/Yesus dengan ajaran cinta dan kebijaksanaan dengan resiko disingkirkan (dihukum salib).
Saat aturan keagamaan berlaku total mengatur hidup manusia, tidak ada lagi demokrasi dengan ruang perbedaan pendapat. Semua pendapat lain di luar ajaran dan aturan tersebut akan dianggap sesat dan orangnya disebut kafir. Kafir dianggap halal untuk ditumpahkan darahnya sehingga disebut sebagai masa kegelapan total.
Tidak ada ruang diskusi dan argumentasi bagi perbedaan pendapat dan pandangan yang mencerdaskan dan mencerahkan saat labelisasi sesat/kafir berlaku. Semua orang diwajibkan paksa untuk mengakui satu pendapat penguasa sebagai kebenaran mutlak dan hanya boleh patuh. Orang hidup dalam ketakutan di bawah ancaman hukuman kejam dan sehingga disebut hidup dalam kegelapan total, tanpa pilihan.
Hanya orang yang memiliki nalar sehat bisa berpikir, apakah Tuhan yang Maha Cinta begitu kejam? Lalu siapa yang mereka sembah sesungguhnya?
Di masa kegelapan tidak ada pengadilan, yang ada adalah gerombolan orang pembela agama yang di masa Isa/Yesus disebut kaum parisi. Dikisahkan kaum partisi terus-menerus berusaha menjebak Isa/Yesus untuk bisa disingkirkan. Ada kisah jebakan tentang perempuan berzina yang dibawa pada Yesus dan siap dihukum rajam dengan batu. Orang yang dianggap berdosa bisa dihukum oleh siapapun melalui pengadilan di jalanan dan bukan di sidang peradilan.
Sebaliknya, di masa itu, 2000 tahun lalu, Nusantara adalah negeri yang subur dan makmur dengan perdagangan rempah-rempah yang didistribusikan melalui jalur sutra dan jalur-jalur perdagangan maritim ke berbagai penjuru dunia.
Kelimpahan dapat tercipta dan tersedia ketika ada kebebasan berekspresi untuk kreativitas. Jiwa-jiwa kreatif yang terlatih sejak dini merupakan kekuatan bangsa sehingga Nusantara di masa lalu meninggalkan jejak-jejak arsitektur megah dan dengan seni budaya unik khas di setiap daerah. Kekayaan yang beraneka ragam itu hanya bisa tercipta bukan karena adanya aturan yang kaku melainkan dengan adanya kemerdekaan berkreasi.
Foto: Media Indonesia - Festival Seni Budaya Tingkat Pelajar SLTA se-Kalimantan Tengah 2017
§
Berbagi hal-hal indah dan inspiratif adalah cara aktif untuk mengubah diri dan lingkungan. Monggo untuk share dan terima kasih bagi yang bersedia membagikannya untuk semangat kebangkitan Nusantara. Rahayu sagung dumadi.
Vibrasi cinta.
...((( 💓 )))...
No comments:
Post a Comment