Sunday, 8 December 2019

Pembebasan dari Perbudakan Mental

Indoktrinasi bahwa manusia adalah makhluk lemah dan berdosa membuat manusia mlempen, tak berdaya sehingga mudah diperbudak. Indoktrinasi ini ibaratnya seperti menggunting atau memotong sayap imajinasi kreatif anak-anak manusia. Imajinasi mereka tidak akan dapat lagi dapat terbang dan bebas menciptakan kreasi-kreasi kreatif untuk kelimpahan dan kesejahteraan hidup mereka. 
Selendang para penari adalah simbol sayap yang merepresentasikan jiwa merdeka, kebebasan imajinasi dan berpikir serta kreativitas untuk terbang menjelajah semesta tanpa batas. 
[Foto: Seni Tradisional Indonesia - Tari Cendrawasih dalam Pagelaran Tari Bali 2018] 

Indoktrinasi itu bekerja di bawah sadar menciptakan program mentalitas tak berdaya. Penjara mental yang bekerja di bawah sadar seperti gajah yang tidak akan membebaskan diri dari ikatan tali ke tonggak kayu yang sebenarnya dengan sekali sentak lepas ikatannya. 

Bagi gajah yang bertubuh besar dan sangat kuat itu sebenarnya cukup dengan sekali sentak ikatannya pada tonggak akan terlepas. Namun pikirannya yang sudah terpenjara tak mampu menggerakkannya untuk membebaskan diri. 
[Ilustrasi: Renungan & Kisah Inspiratif] 

Suatu saat akan banyak yang sadar bahwa sebenarnya ajaran Isa/Yesus sendiri adalah membebaskan manusia dari indoktrinasi manusia sebagai makhluk lemah dan berdosa. Doktrin manusia lemah dan berdosa serta penebusan dosa itu dibuat oleh kekaisaran Romawi (operasi intelijen melalui sistem keyakinan/agama) untuk memenjarakan manusia secara mental sehingga mudah dikontrol dan dijajah. 

Misi dan syiar agama bermuatan indoktrinasi manusia lemah dan berdosa dengan ancaman neraka ke seluruh dunia adalah cara untuk menjajah secara halus. Latar belakang sejarah misi Isa/Yesus adalah penjajahan Romawi dan belenggu hukum syariah agama Yahudi yang sangat keras dan kejam. 

Misi Isa/Yesus membebaskan manusia adalah dengan inspirasi-inspirasi berupa dongeng dan perumpamaan-perumpamaan untuk memicu dan mengaktifkan kreativitas , membangkitkan semangat hidup dan berani menciptakan jalan sendiri dengan menggali potensi tak terbatas. 
Tindakan yang terkejam adalah mengindoktrinasi anak-anak kita dengan sistem yang tidak menghargai ekspresi kreatif mereka, atau mendorong kemampuan unik mereka… 
[Ilustrasi: Internet] 

Sementara pada masa itu Nusantara adalah negeri yang subur dengan kehidupan damai sejahtera, masyarakat agraris yang mampu mengembangkan seni budaya sebagai bagian dari perayaan-perayaan syukur dan membangun bangunan-bangunan spiritual seperti candi-candi megah. Pengetahuan mekanisme alam memampukan secara kreatif membuat piranti-piranti spiritual sebagai alat bantu penciptaan kehidupan sejahtera. 

Masyarakat yang hidup merdeka adalah masyarakat yang memiliki kebebasan berekspresi, berbagi karya dan pengetahuan sehingga secara umum memiliki kemampuan untuk menciptakan karya-karya indah dengan sentuhan seni. 

§

Berbagi hal-hal indah dan inspiratif adalah cara aktif untuk mengubah diri dan lingkungan. Monggo untuk share dan terima kasih bagi yang bersedia membagikannya untuk semangat kebangkitan Nusantara. Rahayu sagung dumadi. 


Vibrasi cinta. 

...((( 💓 )))... 



#Nusantarabangkit
#Nusantarajaya
#Spiritual
#Kesadaran
#Inspirasi
#Jiwamerdeka
  



No comments:

Post a Comment