Sunday, 12 January 2020

Damai Bahagia Berkelimpahan


Jika memahami bahwa definisi surga adalah kehidupan yang damai sebenarnya sangat jelas sekali jalan dan cara untuk mencapainya. 

Untuk mencapai surga dan agar siap dan mampu menjalani hidup damai tentu saja perlu latihan dan bukan sekedar percaya. Menjalani hidup damai tidaklah semudah yang dikira. Jika selalu hanya mengharapkan dan memohon pengampunan, seseorang tidak akan siap hidup damai. Latihan hidup sehari-hari memaafkan kesalahan sesama adalah bentuk nyata gemblengan mental untuk siap menjalani gaya hidup damai di surga. 

Oleh karena itu, jika ada orang yang memberikan petunjuk jalan menuju surga yang adalah kehidupan damai dengan cara mengajak bermusuhan, melampiaskan amarah, menciptakan kegaduhan, bisa dipertimbangkan sendiri apakah benar cara-cara tersebut menghasilkan rasa damai? 

Apapun agama/keyakinan seseorang, memaklumi dan memaafkan kesalahan sesama adalah bentuk gemblengan hidup fisik ini untuk siap naik level menjalani gaya hidup damai surgawi. 

Jualan ayat dan Tuhan dengan labelisasi sesat/kafir/bidaah semata-mata adalah berlatar belakang motif ekonomi/uang. Yang dijual hanyalah perasaan menang/kuat/benar yang semu/ilusif belaka. Tentu saja hasilnya bukan kedamaian melainkan memendam rasa takut dan khawatir oleh karena mengira kehidupan ini adalah tentang persaingan dan adu kuat untuk survive atau mampu bertahan hidup. 


Ilusi keterpisahan dengan menciptakan suasana persaingan dan pertengkaran itu sebenarnya yang justru memutus rantai jalinan, aliran dan rangkaian kelimpahan hidup. Sikap memisahkan diri dari dan memutus rantai kelimpahan itu yang membuat manusia terperangkap hidup dalam rasa kekurangan dan penderitaan. 

Tentu saja Sang Pencipta Kelimpahan tidak membiarkan manusia hidup dalam ketidaktahuan dan terus berusaha membantu manusia melalui inspirasi dan kebijaksanaan berbasis cinta agar manusia mampu "melihat" kenyataan kehidupan yang berkelimpahan itu. 

Rahasianya sebenarnya sederhana saja, yakni sikap tenang dan damai, maka akan melihat kenyataan aliran dan jaringan kelimpahan itu tersedia. Maka, yang diperlukan hanya mengubah sikap dan cara pandang dan kehidupan ini akan terlihat berbeda penuh keajaiban. 

Mereka yang mampu memahami hakekat hidup ini akan mencapai makrifat. Setelah mencapai makrifat, tidak ada lagi kotak-kotak dan sekat-sekat ajaran keagamaan. 

Manusia dan alam adalah satu kesatuan sehingga memecah belah manusia dengan sekat-sekat dan dalam kotak-kotak keagamaan adalah tindakan mengasingkan diri dari kelimpahan kehidupan. Itulah apa yang dianggap misteri kehidupan bagi yang masih hidup dalam sekat-sekat pemisah keagamaan. 

Orang butuh keberanian besar untuk keluar dari kotak-kotak keagamaan itu. Kuncinya adalah cinta sehingga berani melepaskan orang-orang lain memilih jalan hidup masing-masing dan tetap teguh dalam pendiriannya dalam ketenangan sebab mereka yang belum mencapainya, makrifat adalah suatu misteri yang tidak mereka pahami. 

§

Klik "Follow" untuk mendapatkan postingan baru. 

Monggo untuk share. Rahayu sagung dumadi. 


Vibrasi cinta.



...((( 💓 )))...





No comments:

Post a Comment