Thursday, 19 November 2020

Berani Berjalan Sendirian dalam Kebenaran

Narasi bohong yang diulang-ulang akan dianggap sebagai kebenaran dan dijadikan pegangan, namun selalu perlu dibela dengan aturan ketat dan sanksi keras untuk mempertahankannya sebagai kebenaran kolektif. Sebaliknya kebenaran sejati tidak butuh pembelaan dari siapapun sebab mampu membela dirinya sendiri sebagaimana apa adanya.

Oleh karena itu tak perlu terkecoh dengan kelompok-kelompok yang mengklaim bahwa merekalah yang paling benar dan harus diikuti sementara mereka memaksakan aturan-aturan ketat dan sanksi-sanksi hukuman keras bagi yang tidak mau percaya dan mengikuti cara-cara mereka.

Aturan ketat dan sanksi hukuman keras adalah ciri khas dari pola ketakutan yang digunakan untuk menutupi kebohongan. Ketika takut orang hanya akan patuh, tidak berani berpikir dan mencari tahu serta melakukan verifikasi kebenarannya sehingga kebohongan itu akan aman tak terusik.

Oleh karena itu masyarakat yang hidup di tengah-tengah narasi kebohongan juga menjalani kehidupan penuh dengan konflik sebab setiap kebohongan perlu ditutupi dengan cara-cara kekerasan yang menimbulkan trauma berkepanjangan dari generasi ke generasi tak tersembuhkan.

Upaya untuk menyembuhkan trauma-trauma kolektif mengalami kendala dan hambatan besar sebab kebohongan yang telah menjadi pegangan wajib oleh arus utama mayoritas manusia akan dibela mati-matian. Setiap pemikiran yang berbeda dengan apa yang dianggap benar oleh arus utama mayoritas dianggap sebagai sesat dan harus disingkirkan.

Inilah mengapa justru jiwa-jiwa tercerahkan malah mesti bicara sembunyi-sembunyi glenikan (bisik-bisik) untuk menyampaikan kebenaran oleh karena tekanan dan persekusi dari mereka yang merasa terancam kebohongan yang mereka pegang sebagai kebenaran akan terbongkar.

Seorang ksatria sejati memiliki ciri ngluruk tanpa bala (maju sendirian) penuh keberanian menjalani kebenaran sementara mereka yang merasa perlu membela kebohongan yang dianggap kebenaran selalu bergerombol karena hidup dalam ketakutan.

Seorang ksatria cahaya akan menyatakan kebenaran dengan argumentasi panjang lebar yang harus dipikir mendalam untuk dapat dipahami paparannya. Pemaparan pengetahuan itu dimaksudkan untuk mengajak bergulat bukan dengan orang lain melainkan bergulat dengan diri sendiri untuk mencernanya sebagai pemahaman dan hasilnya adalah kecerdasan dan keterampilan untuk membangun peradaban damai dan maju.

Sementara yang berpegang pada kebohongan hanya bisa marah-marah sebab tidak memiliki argumentasi. Mereka berpendapat bahwa kesesatan adalah ancaman yang harus disingkirkan dan tindakan keras dilakukan untuk melenyapkannya sehingga hasilnya justru kehancuran.

Ingatlah selalu bahwa mereka yang merasa takut akan diikuti dengan merasa terancam dan berlanjut dengan sikap permusuhan dan konflik yang hanya menghasilkan kehancuran. Sementara para pemberani memiliki pengetahuan luas, kecerdasan dan keterampilan yang teruji untuk membangun peradaban maju, damai dan sejahtera sebab jiwa welas asih selalu terbuka menerima pembelajaran baru.



§

Keindahan karya kreatif seni budaya lahir dari jiwa-jiwa suci yang hadir di bumi untuk menjalankan misi memayu hayuning bawono dalam rangka menjangkarkan kehidupan damai sejahtera surgawi di bumi.

Klik "Follow" di blog untuk berlangganan inspirasi-inspirasi baru.

Monggo untuk share. Rahayu sagung dumadi.



Vibrasi cinta. 

...((( ❤ )))...


No comments:

Post a Comment