Tanpa pengetahuan cukup tentang ilmu kehidupan ibaratnya hidup dalam kegelapan, tak tahu apa yang terjadi, tak tahu apa akibat perbuatannya sendiri dan tak tahu bagaimana cara dan solusinya serta tidak memiliki keterampilan melakukannya. Akibatnya hanya bisa meratap, minta tolong namun masih saja mengulang-ulang perbuatan dan cara hidup yang membuat dirinya sendiri menderita.
Memiliki pengetahuan dan keterampilan tetapi tidak bijak, juga bisa berakibat menyengsarakan diri sendiri, baik secara langsung atau tidak langsung melalui efek domino.
Dalam hal ilmu pengetahuan, kesombongan justru sering menimpa orang yang kurang ilmu, yakni merasa sudah cukup, merasa paling benar, menganggap pengetahuan lain tidak perlu, menganggap remeh, menganggap sesuatu yang tidak dipahaminya sebagai tidak berguna, tidak sadar bahwa perlu belajar terutama hal-hal yang belum diketahui, tidak sadar bahwa belajar adalah mempelajari hal-hal yang belum dipahami, merasa terganggu dengan orang lain yang berbagi pengetahuan.
Biasanya mereka ini banyak terlibat perdebatan sengit dan cenderung kasar sebab tidak memiliki argumentasi. Sikap kasar dianggap akan bisa menghentikan lawan bicaranya dan merasa menang sehingga pendapatnyalah yang paling benar.
Sebaliknya mereka yang semakin berpengetahuan luas malah haus ilmu pengetahuan ingin banyak belajar hal yang belum diketahui oleh karena itu dengan rendah hati mau belajar dari siapapun tanpa memandang gelar, pendidikan, jabatan, kedudukan, status sosial dan usia. Mereka ini sadar bahwa pengalaman hidup dan keterampilan lebih membuat seseorang memiliki pengetahuan unik dan mendalam yang sering tidak ditemui dalam buku-buku.
Dalam obrolan dan diskusi mereka lebih memilih menghindar dari perdebatan, sebab memahami bahwa seringkali bahan yang diperdebatkan hanya berbeda sudut pandang atau wawasan menentukan cara pandang orang lain yang artinya pihak lawan tidak akan bisa memahami penjelasannya sebab tidak memiliki referensi yang cukup.
Oleh karena itu para guru spiritual mengajar dengan kisah-kisah bijak sebagai bekal dan pondasi untuk menjadi cerdas sekaligus bijak sehingga pasti akan mampu menciptakan pengalaman hidup membahagiakan. Sikap bijak memungkinkan seseorang untuk tidak emosional sehingga dengan tenang mencermati setiap hal yang dengan kata lain ada dalam status siap belajar, sikap yang memungkinkan kecerdasan dan wawasannya terus meningkat dan meluas.
“Pikiran begitu ditarik melebar oleh suatu gagasan baru, tidak akan pernah kembali ke dimensinya semula”.
No comments:
Post a Comment