Badu
lebih kaget lagi saat bertemu Karyo di surga. Karyo ini dikenal oleh Badu
sebagai seorang Atheis karena tidak jelas agamanya. Badu sering sampai capek
menasehati Karyo untuk memeluk agama yang benar agar dapat masuk surga. tapi
ternyata justru Karyo sudah lebih dulu ada di surga.
Badupun
bertanya pada Malaekat yang mengawalnya untuk sampai ke surga, "Saya bisa
memahami dengan Paijo yang dapat masuk surga walau jarang beribadah, tapi kalau
Karyo juga sudah ada di surga, saya benar-benar tidak mengerti."
Jawab
Malaekat, "Oh, tentang Karyo? Ia sama seperti Paijo. Juga sudah lama jadi
penghuni sini dan sering bolak-balik dari sini ke dunia untuk menjalankan
tugas. Ia kali ini bertugas di kalangan para atheis untuk memberikan teladan
hidup dan perilaku yang bijak. banyak orang menjadi hidup bijak dan menjalani
hukum cinta kasih yang adalah hukum cinta kasih Tuhan."
Tanya
Badu lagi karena belum yakin, "Tapi ia kan tidak mengenal Tuhan karena ia
tak jelas agamanya dan tak pernah menyembah Tuhan?"
Jawab
Malaekat, "Gedung peribadahan adalah bangunan mati, tetapi tubuh adalah
bangunan suci yang adalah kehidupan yang suci jika pemiliknya menggunakannya
untuk menjalankan hukum cinta Tuhan. Kata-kata dan perbuatan bijak Karyo adalah
Firman Tuhan yang suci dan hidup secara nyata dalam tubuh Karyo. Karyo tidak
hanya beribadah dan menyembah Tuhan pada jam-jam dan hari-hari tertentu,
melainkan ia ada bersama Tuhan setiap saat dan dimanapun ia berada."
[Bersambung]
Kisah Badu sebelumnya bisa dibaca di: Kisah Badu 01
Kisah Badu selanjutnya bisa dibaca di: Kisah Badu 03
Kisah Badu sebelumnya bisa dibaca di: Kisah Badu 01
Kisah Badu selanjutnya bisa dibaca di: Kisah Badu 03
18 September 2014
Sony H. Waluyo
Translation Services
sonyhwaluyo@gmail.com
** ** **
No comments:
Post a Comment