Mendengar
Malaekat siap mengatur persiapan untuk kembali turun ke dunia Badupun
bertanya-tanya dalam hatinya. Ada banyak hal yang belum dimengertinya.
Kebetulan saat merenung-renung itu Paijo lewat dan Badupun tak dapat menahan diri untuk bertanya, “Jo, apa yang aku temui disini ternyata jauh dari apa yang selama ini aku kira. Di sini ternyata aku bertemu dengan orang-orang yang dulu menganut berbagai agama, bahkan yang atheis sekalipun.”
Kebetulan saat merenung-renung itu Paijo lewat dan Badupun tak dapat menahan diri untuk bertanya, “Jo, apa yang aku temui disini ternyata jauh dari apa yang selama ini aku kira. Di sini ternyata aku bertemu dengan orang-orang yang dulu menganut berbagai agama, bahkan yang atheis sekalipun.”
Paijo
menjawab, “Ah, itu hanya karena kau belum pelajari agamamu secara keseluruhan.”
Badu
terkejut, “Hei, apa katamu? Tapi kau benar, aku memang telah membaca, namun
belum semua aku baca dan apa yang aku baca belum semua aku pahami.”
Paijo
tersenyum, “Kau benar, segala sesuatu hanyalah benar sejauh dimengerti dan kau
akan lebih mengerti sebatas apa yang kau lihat, dengar dan rasakan. Kau
menafsirkannya sebagai kebenaran.”
Badu
mengernyitkan dahinya, “Apakah kau telah mengetahui semua ini saat ada di dunia
sana?”
Paijo
tertawa kecil, “Hahaha… Tentu saja, banyak hal telah aku ketahui karena aku
mengamati apa yang terjadi pada diriku dan pikiran-pikiranku. Aku menyadarinya,
oleh karena itu aku tak memaksakan kebenaranku. Kau lihat, akupun hanya
bergerak pada batas-batas yang aku pahami, selebihnya adalah sesuatu yang mesti
aku pelajari melalui hidupku.”
Terdiam
sesaat Badu bertanya lagi, “Aku mengira di surga ini adalah kehidupan abadi.
Namun aku tak menyangka bahwa ini adalah kehidupan dengan semua bentuk
kehidupan.”
Paijo
menjawab, “Ya, memang kehidupan abadi dan tentu saja ada bentuknya, ada
kisah-kisahnya dan kau tetap memiliki identitas. Kau tetap berpikir dan
memiliki keinginan. Kau lihat sendiri bukan bahwa kau masih dapat
mempertimbangkan, memilih dan memutuskan sehingga kau mengalami sesuatu.”
Badu
memandang Paijo dengan rasa ingin tahu semakin besar, “Tadi Malaekat berkata
kepadaku bahwa ia akan mengatur segalanya bila aku merindukan kehidupan seperti
di dunia. Bagaimana itu bisa terjadi?”
Paijo
merangkul Badu dan berkata, “Seperti yang telah diajarkan kepadamu bahwa para
Malaekat akan melayani apa keinginanmu. Mereka menghargaimu dan menghormati
apapun keinginanmu. Mereka tidak akan menahanmu jika kau memang ingin kembali
kesana. Di surga ini setiap kehendak bebas sangat dihargai namun tentunya kau
dapat merasakan suasananya lebih intens, yang kau rasakan sebagai nyaman dan
tidak nyaman. Kebiasaanmu sendiri yang akan menentukan rasa nyaman dan tidak
nyaman.”
Badu berkata lirih mencoba memahami, “Ya, aku merindukan kehidupan seperti di dunia. Sekalipun banyak kekonyolan tetapi banyak keinginan-keinginan yang membuatku menikmatinya.”
Badu berkata lirih mencoba memahami, “Ya, aku merindukan kehidupan seperti di dunia. Sekalipun banyak kekonyolan tetapi banyak keinginan-keinginan yang membuatku menikmatinya.”
Paijo
tergelak dalam tawa, “Hahaha… itu benar …. Kehidupan adalah permainan dan untuk
dinikmati. Kebahagiaan adalah kisah-kisah kehidupan, dan tanpa kisah-kisah yang
kau jalani maka kebahagiaan hanyalah konsep. Kebahagiaan adalah suatu kata yang
perlu dihidupkan dan diaktualkan sebagai kisah-kisah.”
Badupun
ikut tertawa lalu bertanya lagi, “Lalu, bagaimana dengan keabadian hidup di
surga ini?”
Jawab
Paijo, “Kau lihat bukan? Sewaktu kau di dunia kau menjalani hidup, dan disini
kau juga menjalani hidup. Apa yang kau jalani di dunia dan disini menyambung
tak terpisahkan dan begitu juga dengan kehidupan lain entah dimana kau jalani.”
Badu
menyela, “Lalu jika aku turun kembali di dunia, dimana dan kapan aku akan
turun?”
Jawab
Paijo, “Itu pertanyaan sangat bagus. Jika kita bicara tentang keabadian,
dimanakah awal dan akhirnya? Lihatlah, disini kita ada di titik nol, yang kita
rasakan dan jalani adalah saat ini. Dari sini kita bisa ke titik waktu manapun
pada garis waktu dunia.
Paijo tertawa, “Hahaha… Masih ingatkah kata-kataku dulu sewaktu di dunia? Dunia dan surga adalah dimensi yang berbeda. Tentu saja kau tetap akan memiliki tubuh astralmu yang kau miliki sekarang, namun kau perlu tubuh fisik untuk berada di dimensi fisik. OK. Tak usah bingung, para Malaekat akan mengaturnya bila kau memutuskan turun ke dunia. Maaf aku pamit dulu, ada sesuatu yang harus aku lakukan. Silahkan tanyakan pada para Malaekat yang akan membimbingmu untuk semua persiapanmu.”
Sepeninggal
Paijo, Badupun duduk di bawah pohon rindang merenungkan semua percakapannya
dengan Paijo. Tak ada siapa-siapa, maka iapun sibuk berbicara dalam
hatinya.
[Bersambung]
"Kau adalah energi abadi yang muncul di semesta ini. Kau tidak datang ke dunia ini. Kau muncul darinya, seperti sebuah ombak dari lautan." ~ Alan Watts
19 September 2014
Sony H. Waluyo
Translation Services
sonyhwaluyo@gmail.com
** ** **
No comments:
Post a Comment