Wednesday, 17 January 2018

[140919][C] IDENTITAS DIRI DALAM KISAH BAHAGIA – Kisah Badu 04


Mendengar Malaekat siap mengatur persiapan untuk kembali turun ke dunia Badupun bertanya-tanya dalam hatinya. Ada banyak hal yang belum dimengertinya.

Kebetulan saat merenung-renung itu Paijo lewat dan Badupun tak dapat menahan diri untuk bertanya, “Jo, apa yang aku temui disini ternyata jauh dari apa yang selama ini aku kira. Di sini ternyata aku bertemu dengan orang-orang yang dulu menganut berbagai agama, bahkan yang atheis sekalipun.”

Paijo menjawab, “Ah, itu hanya karena kau belum pelajari agamamu secara keseluruhan.”

Badu terkejut, “Hei, apa katamu? Tapi kau benar, aku memang telah membaca, namun belum semua aku baca dan apa yang aku baca belum semua aku pahami.”

Paijo tersenyum, “Kau benar, segala sesuatu hanyalah benar sejauh dimengerti dan kau akan lebih mengerti sebatas apa yang kau lihat, dengar dan rasakan. Kau menafsirkannya sebagai kebenaran.”

Badu mengernyitkan dahinya, “Apakah kau telah mengetahui semua ini saat ada di dunia sana?”

Paijo tertawa kecil, “Hahaha… Tentu saja, banyak hal telah aku ketahui karena aku mengamati apa yang terjadi pada diriku dan pikiran-pikiranku. Aku menyadarinya, oleh karena itu aku tak memaksakan kebenaranku. Kau lihat, akupun hanya bergerak pada batas-batas yang aku pahami, selebihnya adalah sesuatu yang mesti aku pelajari melalui hidupku.”

Terdiam sesaat Badu bertanya lagi, “Aku mengira di surga ini adalah kehidupan abadi. Namun aku tak menyangka bahwa ini adalah kehidupan dengan semua bentuk kehidupan.”

Paijo menjawab, “Ya, memang kehidupan abadi dan tentu saja ada bentuknya, ada kisah-kisahnya dan kau tetap memiliki identitas. Kau tetap berpikir dan memiliki keinginan. Kau lihat sendiri bukan bahwa kau masih dapat mempertimbangkan, memilih dan memutuskan sehingga kau mengalami sesuatu.”

Badu memandang Paijo dengan rasa ingin tahu semakin besar, “Tadi Malaekat berkata kepadaku bahwa ia akan mengatur segalanya bila aku merindukan kehidupan seperti di dunia. Bagaimana itu bisa terjadi?”

Paijo merangkul Badu dan berkata, “Seperti yang telah diajarkan kepadamu bahwa para Malaekat akan melayani apa keinginanmu. Mereka menghargaimu dan menghormati apapun keinginanmu. Mereka tidak akan menahanmu jika kau memang ingin kembali kesana. Di surga ini setiap kehendak bebas sangat dihargai namun tentunya kau dapat merasakan suasananya lebih intens, yang kau rasakan sebagai nyaman dan tidak nyaman. Kebiasaanmu sendiri yang akan menentukan rasa nyaman dan tidak nyaman.”

Badu berkata lirih mencoba memahami, “Ya, aku merindukan kehidupan seperti di dunia. Sekalipun banyak kekonyolan tetapi banyak keinginan-keinginan yang membuatku menikmatinya.”

Paijo tergelak dalam tawa, “Hahaha… itu benar …. Kehidupan adalah permainan dan untuk dinikmati. Kebahagiaan adalah kisah-kisah kehidupan, dan tanpa kisah-kisah yang kau jalani maka kebahagiaan hanyalah konsep. Kebahagiaan adalah suatu kata yang perlu dihidupkan dan diaktualkan sebagai kisah-kisah.”

Badupun ikut tertawa lalu bertanya lagi, “Lalu, bagaimana dengan keabadian hidup di surga ini?”

Jawab Paijo, “Kau lihat bukan? Sewaktu kau di dunia kau menjalani hidup, dan disini kau juga menjalani hidup. Apa yang kau jalani di dunia dan disini menyambung tak terpisahkan dan begitu juga dengan kehidupan lain entah dimana kau jalani.”

Badu menyela, “Lalu jika aku turun kembali di dunia, dimana dan kapan aku akan turun?”

Jawab Paijo, “Itu pertanyaan sangat bagus. Jika kita bicara tentang keabadian, dimanakah awal dan akhirnya? Lihatlah, disini kita ada di titik nol, yang kita rasakan dan jalani adalah saat ini. Dari sini kita bisa ke titik waktu manapun pada garis waktu dunia.

Badu terdiam mencoba memahami kata-kata Paijo. Ia mengusap tangannya, dan terkaget menyadarinya. Rasanya ia belum pulih kembali kesadarannya sejak meninggalkan tubuhnya di dunia dan berada di surga tetap memiliki identitas dirinya. Lalu bertanya pada Paijo kembali, “Apakah aku akan kembali turun dengan tubuh ini?”

Paijo tertawa, “Hahaha… Masih ingatkah kata-kataku dulu sewaktu di dunia? Dunia dan surga adalah dimensi yang berbeda. Tentu saja kau tetap akan memiliki tubuh astralmu yang kau miliki sekarang, namun kau perlu tubuh fisik untuk berada di dimensi fisik. OK. Tak usah bingung, para Malaekat akan mengaturnya bila kau memutuskan turun ke dunia. Maaf aku pamit dulu, ada sesuatu yang harus aku lakukan. Silahkan tanyakan pada para Malaekat yang akan membimbingmu untuk semua persiapanmu.”


Sepeninggal Paijo, Badupun duduk di bawah pohon rindang merenungkan semua percakapannya dengan Paijo. Tak ada siapa-siapa, maka iapun sibuk berbicara dalam hatinya. 

[Bersambung]


"Kau adalah energi abadi yang muncul di semesta ini. Kau tidak datang ke dunia ini. Kau muncul darinya, seperti sebuah ombak dari lautan."    ~ Alan Watts

Baca kisah sebelumnya di: Kisah Badu 03
Baca kisah selanjutnya di: Kisah Badu 05

19 September 2014
Sony H. Waluyo
Translation Services
sonyhwaluyo@gmail.com


** ** ** 





No comments:

Post a Comment