Saat
Badu tenggelam dalam permenungannya, tiba-tiba ia dikejutkan dengan daun yang
jatuh di tangannya.
“Ah,
bikin kaget saja kau ini,” guman Badu sambil memegang daun yang menguning itu.
“Maaf,
jika aku mengganggumu,” kata si daun.
Badu
keheranan mendengar suara itu, “Kaukah yang bicara itu? Bagaimana kau bisa
bicara tanpa mulut?”
Jawah si
daun, “Ya, ini aku yang bicara. Bicara kan tidak perlu menggunakan mulut.
Bukankah semua ada karena ada kecerdasan yang membentuk keberadaannya? Karena
pikiran cerdas itulah sesuatu mewujud sebagai suatu bentuk sehingga disebut
kesadaran."
“Oh,
apakah seperti yang diajarkan dalam agama Buddha?”, tanya Badu yang mulai
terpancing rasa ingin tahunya.
“Bukan
hanya ajaran Buddha, tetapi kesadaran diajarkan dalam semua ajaran spiritual.
Mungkin hanya karena kau belum sampai ke pemahaman itu. Perhatikan bahwa kau
pasti telah memikirkannya sebelum melakukan sesuatu. Mungkin hanya karena kau
kurang memperhatikannya saja. Ujud keberadaan adalah hasil pikiran,” jawab si
daun.
“Bagaimana
aku bisa mendengar pikiran?” tanya Badu.
“Perhatikan,
suasana disini sangat hening. Kau hanya perlu hening untuk dapat mendengar
getaran pikiran. Seperti di waktu malam saat kau sibuk kau tak akan mendengar
suara kelepak kelelawar, tapi saat kau hening kau bisa mendengarnya,” jawab si
daun.
“Aku
selama ini mengira benda mati tak bisa bicara,” kata Badu.
“Kau
lihat bukan, tak ada kematian dalam kehidupan. Semuanya adalah perjalanan
hidup. Aku tidak mati sebagai daun yang mengering. Aku tidak sedang jatuh tak
berdaya, melainkan aku melanjutkan hidupku dari daun yang menempel di pohon
untuk turun ke tanah dan menjadi bagian dari tanah. Aku bisa kembali menjadi
bagian pohon dan bisa mewujud menjadi bunga. Itulah kehidupan yang hidup
adanya,” kata si daun.
“Oh,
maksudmu tidak ada kematian sama sekali?” tanya Badu.
“Tentu
saja, sama seperti yang telah kau alami. Kau hanya pergi meninggalkan tubuhmu
di dunia sana. Melepaskan masa lalumu dan menjalani hidup baru di surga ini.
Kau tetap hidup dan dapat menjalani hidupmu sebagai apapun sesuai dengan apa
yang kau pikirkan,” jawab si daun.
“Wah,
terima kasih. Tak menyangka aku akan mendapatkan pelajaran begitu berharga
darimu,” kata Badu begitu bahagia.
“Sama-sama
saudaraku. Bolehkah aku meminta pertolonganmu? Bisakah kau angkat aku agak
tinggi dan membiarkan angin membawaku terbang? Aku ingin melanjutkan
perjalananku dengan kisah baru,” pinta si daun.
Badu mengangkat
daun itu dan saat itu angin bertiup cukup kencang membawa si daun terbang dan
jatuh ke sungai yang mengalir tak jauh di sana. Entah bentuk pengalaman hidup
apa lagi yang akan dijalani oleh si daun itu namun sungai itu akan membawa
kemungkinan tak terbatas bagi si daun untuk melanjutkan kisah hidupnya.
[Bersambung]
Kisah sebelumnya: Kisah Badu 04
25 September 2014
Sony H. Waluyo
Translation Services
sonyhwaluyo@gmail.com
No comments:
Post a Comment