Sesungguhnya mempelajari spiritual dari
budaya lain adalah lebih sulit dari pada mempelajari spiritual dari budaya
sendiri. Pesan-pesan spiritual sesungguhnya dirancang dengan memperhitungkan
konteks suatu budaya dengan maksud agar lebih mudah dicerna oleh masyarakat
setempat.
Guru spiritual menyadari betul akan
tugasnya memberikan penjelasan kepada para murid yang belum paham mengenai
suatu materi oleh karena itu harus menggunakan cara termudah dan
memperhitungkan kemampuan para murid menyerap materi. Budaya dan cara hidup di
suatu masyarakat akan sangat menentukan pendekatan yang digunakan. Materi spiritual
akan lebih mudah dicerna melalui pengalaman hidup sebab bisa diuji kebenarannya
dan manfaatnya sehingga oleh karena itu diberikan sesuai konteks budaya
setempat.
Hambatan pertama untuk dapat mempelajari
materi spiritual dari bangsa dan budaya lain adalah perbedaan bahasa. Itulah
mengapa terjadi lebih banyak kesalahan tafsir dalam upaya memahami materi spiritual
yang disampaikan dalam bahasa asing. Menghindari kesalahan tafsir dengan
mempertahankan penyampaian ajaran dalam bahasa asli jelas merupakan sebuah
kekonyolan sebab bagaimana mungkin orang dapat memahami ajaran itu tanpa sama
sekali mengerti arti apa yang dibacanya. Bahkan para penutur
asli pun harus mampu menafsirkan untuk dapat paham dan menguasai suatu materi
spiritual.
Banyak kekacauan telah timbul sebagai
akibat dari rebutan pengikut yang menimbulkan banyak konflik keagamaan baik
konflik eksternal maupun internal yang bersumber dari ketidakpahaman dari
ajaran asli dan maksud dari pengajaran itu. Inti dari semua pengajaran
spiritual adalah cinta dan damai, maka seandainya ajaran inti itu dipahami
tentu bukan pertengkaran dan permusuhan yang ditimbulkan melainkan kehidupan
damai yang membahagiakan.
Perlu dicatat bahwa dalam banyak konflik
keagamaan mereka yang tidak paham justru sangat vokal dan dominan dalam
menentukan tindakan dan seringkali kekerasan mereka gunakan untuk mejaga
dominasi mereka. Akibat dari dominasi kelompok keras itu penyimpangan tafsir
berlangsung terus-menerus dan meluas di bumi. Dalam prakteknya penyimpangan
ajaran itu membuat gerakan keagamaan lebih menjadi alat kekuasaan politik
sehingga menyimpang jauh dari inti ajaran semula yakni cinta dan damai yang
bertujuan untuk menciptakan kehidupan sejahtera membahagiakan.
“Jika bumi diibaratkan sebagai sebuah pesawat ruang angkasa, komando kendalinya telah dipegang oleh awak pesawat yang keliru dan kini saatnya untuk melakukan pengambilalihan kendali.”
~ Jose Arguelles ~
13 Januari 2018
Sony H Waluyo
Translation Services
** ** **
No comments:
Post a Comment