Saturday 1 September 2018

Hanya Cinta yang Dapat Mengakhiri Permusuhan

Cara yang dilakukan Jokowi mungkin terlihat aneh seperti contohnya saat mengurusi masalah Papua yang selama ini berita yang terdengar dari Papua adalah tentang pemberontakan. Jokowi tidak mengirimkan pasukan untuk menumpas para pemberontak. Jokowi tidak mengejar dan menjebloskan mereka ke penjara.

Sebaliknya, Jokowi malah membantu semua warga Papua dengan membangun Papua. Tentara yang dikirim ke Papua bukan untuk berperang melainkan dikerahkan untuk membangun jalan dan infrastruktur lainnya. Harga BBM dibuat sama dengan wilayah Indonesia lainnya untuk pemerataan pembangunan.

Hasilnya memang mengagumkan, para pemberontak berhenti melancarkan aksi, harapan untuk kehidupan lebih baik dan sejahtera tumbuh. Negara tidak perlu biaya operasi militer yang mahal dan selalu meninggalkan kepedihan.

Cara-cara pendekatan dengan cinta selalu menggerakkan hati, menyentuh hati dan membuat terharu sehingga luka-luka jiwa oleh karena pertengkaran dan permusuhan mulai tersembuhkan. Apa yang disebut salah, jahat, ancaman selalu bisa disembuhkan dengan uluran tangan penuh cinta. Penjara bukan jawaban untuk menciptakan kehidupan damai sejahtera.

Revolusi mental adalah merevolusi semua jiwa warga negara dan bukan hanya melulu tugas kepala negara dan aparat pemerintah. Hukum tidak harus ditegakkan dengan ancaman senjata dan ketok palu hakim pengadilan. Perubahan sikap dan mentalitas sudah diteladankan oleh Jokowi selaku pimpinan negara dengan merangkul semuanya.

Jokowi tidak marah diejek dengan sebutan apapun, namun Jokowi akan sedih dan letih jika bangsa ini terus-menerus tenggelam dalam ujaran kebencian. Jika ingin membantu memperingan tugas pemerintah, cukup hentikan ujaran kebencian dan menggunakan sebutan ejekan. Kelihatannya sepele namun dampaknya sangat besar. Irama kerja pemerintah akan semakin cepat untuk melakukan pembangunan tanpa perlu terganggu oleh kegaduhan. Rakyat sendiri juga akan lebih produktif bekerja tidak sibuk berbalas makian di sosmed yang sering viral yang artinya menghabiskan banyak waktu tidak produktif bahkan merusak kedamaian.

Tentu cukup logis dan masuk akal, bagaimana rakyat bisa mengembangkan bisnis bersama dengan sesama warga negara yang dibencinya dan dimusuhinya? Usaha akan sama-sama maju berkembang dengan semangat saling bantu dan melengkapi. Bangsa dan negara akan tumbuh solid, kuat dan tak perlu kawatir dengan ancaman dari luar.

Jokowi berprinsip penjara sudah penuh, berkas di pengadilan sudah menumpuk dan antrian kasus sangat panjang. Penjahat dan koruptor di penjara juga hanya menjadi beban negara. Jika mereka semua berubah dan berbalik menggunakan tenaga, pikiran dan apa yang mereka miliki untuk membantu dan bahu- membahu membangun semua juga akan bahagia.

Sebagai satu keluarga besar sebangsa dan setanah air, sudah waktunya untuk mengakhiri pertengkaran dan permusuhan. Kedamaian tidak mungkin dicapai dengan terus-menerus memelihara permusuhan. Pembangunan kehidupan sejahtera tidak mungkin dicapai dengan saling gontok menghancurkan. Era baru sebagai bangsa maju dan sejahtera perlu dibangun bersama melalui revolusi mental, mengubah pola pikir dan sikap persaudaraan.

“Aku adalah ksatria spiritual (daya hidup/api kehidupan) dan misiku datang di bumi ini adalah cinta”

Penghuni bumi telah lama hidup dalam kegelapan yakni hidup dalam persaingan dan permusuhan sehingga sangat memerlukan cahaya cinta. Manusia tidak memahami apa itu cinta dan bahkan tidak mengenali jati dirinya yang sesungguhnya adalah makluk cahaya. Cahaya di dalam dirinya akan kembali menyala dan bersinar terang dengan memancarkan cinta. Manusia telah lama salah memahami tentang cinta dimana kebahagiaan cinta bukan dari mendapatkannya dari luar melainkan dari memancarkannya. Cemburu bukanlah cinta melainkan sikap posesif atau tindakan mengambil; sedangkan cinta sifatnya adalah kebalikannya, yakni melepaskan. Cinta adalah memancarkan cahaya, membagikan cahaya, dan kebahagiaan dinikmati saat berkreasi dan membagikannya.


...((( 💓 )))...

No comments:

Post a Comment