Wednesday 26 September 2018

tuhan = god = deus = dewa = bangsawan/berdarah biru = alien

Uraian singkat padat ini akan menjelaskan mengapa manusia berperang untuk agama yang sesungguhnya tak masuk akal jika Tuhan yang disembah adalah maha cinta dan pengampun. Jika benar-benar memahami tulisan ini manusia akan berhenti berperang demi agama dan tidak ada lagi alasan membela Tuhan dengan kekerasan.

Tradisi keagamaan yang menyebut sang pencipta dengan istilah tuhan berasal dari kebiasaan sebagaimana dalam bahasa Inggris tuhan sama dengan god yang artinya adalah dewa. Tidak ada perbedaan istilah sebutan antara dewa dan Tuhan dalam bahasa Inggris, sama-sama menggunakan istilah god.

Dalam sejarah, god atau dewa adalah mereka yang datang dari langit, alias bukan penghuni bumi, yang di era sekarang disebut alien. Para dewa itu yang disembah-sembah, dan itulah mengapa tampak dalam tradisi keagamaan tuhan yang disembah seolah-olah adalah sosok makhluk berikut dengan emosinya sebagaimana sifat emosional manusia.

Dalam kitab suci (Alkitab) ada kisah perkawinan antara anak-anak tuhan dengan anak-anak perempuan manusia. Kisah yang sama dimuat dalam kitab Henokh dan Tablet Sumeria. Tradisi di berbagai bangsa mengatakan bahwa para bangsawan yang disebut berdarah biru adalah keturunan para dewa. Mereka menjadi penguasa dan oleh karena itu disembah dan perintahnya diikuti sebagai hukum. Istilah sabda tuhan yang wajib ditaati berawal dari sini.

Oleh karena itu jika apa yang disebut sebagai tuhan begitu kuat menyiratkan tuhan adalah suatu sosok adalah sangat wajar sebab yang disembah adalah sosok makhluk juga. Bahkan dalam Alkitab juga ada kisah nabi yang bergumul dengan tuhan dan menang melawan tuhan.

Tradisi keagamaan yang ada saat ini mengadopsi budaya penyembahan ini. Oleh karena itu jika ada keyakinan bahwa tuhannya yang disembah itu bisa marah, mengutuk, mengazab, keyakinan itu berasal dan diserap/diadopsi dari budaya penyembahan dewa.

Para dewa atau alien adalah para penjelajah angkasa dan terlibat dalam perang bintang rebutan wilayah di berbagai planet. Oleh karena itu tidak mengherankan jika tradisi keagamaan yang menyembah dewa juga terlibat dalam urusan politik kekuasaan. Bisa dilihat para raja dan bangsawan disebut berdarah biru yang artinya keturunan para dewa dan memegang kekuasaan secara turun-temurun untuk menguasai wilayah.

Jika memperhatikan kisah-kisah dalam kitab suci seperti bagian Perjanjian Lama dari Alkitab disebutkan tentang tuhan yang membela dan memerangi bangsa lain dan bangsa lain memiliki dewa sesembahan mereka masing-masing. Kisah-kisah itu menggambarkan adanya konflik politik di antara para dewa yang adalah bagian dari perang antar bintang.

Terkait dengan sebutan kafir dan sesat, ajaran ini juga tak lepas dari konflik politik antar kelompok para dewa yang berebut wilayah dan pendukung. Konflik antar agama berupa rebutan pengikut bersumber dari perang antar bintang itu.

Apakah ada solusinya?

Di lingkungan antar galaktika ada dewan galaksi yang bertugas membina kehidupan bersama antar planet dan antar galaksi. Setiap planet dan galaksi memiliki perwakilan di dewan galaksi. Salah satu tugas dan fungsi dewan ini adalah memelihara perdamaian dan membina kehidupan di planet yang sedang tumbuh. Bumi ada di bawah pengawasan dewan galaksi. Informasi ini tak lepas dari upaya mengakhiri permusuhan dan menciptakan kehidupan damai di bumi serta mengakhiri perang antar bintang di galaksi Bima Sakti.

Mungkin ada pertanyaan, jika agama hilang lalu apa yang menjadi pegangan hidup?

Di lingkungan kosmos berlaku spiritual universal berbasis cinta dan kebijaksanaan hidup. Itu yang menjadi pegangan untuk terciptanya kehidupan damai di semesta raya ini. Spiritualitas mengajarkan tentang latihan menguasai kesadaran dan mengendalikan energi untuk menciptakan kehidupan damai dan indah. Tidak ada penyembahan terhadap tuhan, namun lebih berupa panduan untuk menyatu dengan Pencipta yang dengan demikian terlibat dalam penciptaan kehidupan damai dan indah.

“Berapa banyak dari kalian yang percaya bahwa para tuhan kita adalah alien?” 


...((( 💓 )))... 



No comments:

Post a Comment