Thursday 27 September 2018

Memahami Kesucian dengan Logika

Dosa adalah kesalahan yang tidak diampuni dan dosa itu menjadi beban bagi pihak yang menyimpan kesalahan sebagai dosa.

Menyimpan kesalahan sebagai dosa hanya menjadi tumpukan kebencian yang disebut dendam dan membuat emosi labil karena selalu khawatir, cemas, curiga dan sering meledak-ledak sebagai kemarahan. Hidup menjadi gelisah, jauh dari rasa tenang dan damai.

Sikap emosional itu ibarat awan gelap yang menutupi pandangan dan menghalangi cahaya menerangi penglihatan sehingga tidak tahu jalan mana yang bisa dipilih untuk melangkah secara tepat. Hidup terasa sulit dan berat merasa serba kekurangan.

Beban hidup yang terasa memberatkan itu hanya perlu dilepaskan, yakni dengan mengampuni kesalahan. Melepaskannya akan membuat pikiran bersih dan jernih sehingga pandangan menjadi jelas dan tajam melihat semuanya terang benderang.

Jiwa yang bersih disebut suci dan ditengarai sebagai jiwa pendamai dengan kebijaksanaan tinggi. Ketajaman penglihatannya menjadikan dirinya mampu mengatasi setiap masalah dan kreatif menciptakan keindahan.

Tuhan disebut suci juga karena tidak pendendam bahkan mengampuni sebelum diminta. Anggapan bahwa Tuhan mengazab dan menghukum dengan bencana adalah semata-mata penafsiran manusia yang belum bisa menikmati begitu mudahnya dan bahagianya hidup bersih dari rasa permusuhan dan kebencian.

Hidup tenang, damai dan bahagia adalah pilihan dan takdir hidup ini adalah cinta yang saat dioperasikan maka akan mencahaya dengan pancaran kebahagiaan. Itulah sejatinya manusia sehingga disebut makhluk cahaya.

“Aku pergi memasuki hatiku untuk melihatnya. 
Sesuatu di sana membuatku mendengar seluruh dunia menangis. 
Hati berperan sebagai penerjemah antara pengalaman mistik dan kecerdasan” 
~ Rumi 

...((( 💓 )))...

No comments:

Post a Comment