Wednesday, 8 May 2019

Cinta Adalah Energi yang Menghidupi dengan Cara Memancarkannya

Yang minta disembah dan ditaati perintahnya adalah "god", huruf kecil, yang dalam bahasa Indonesia lebih tepatnya diterjemahkan menjadi "dewa", namun dalam penerjemahan di kitab suci sering keliru diterjemahkan menjadi tuhan, bahkan dituliskan dengan awal huruf besar karena kekurangtahuan.

Wajar jika dewa yang diterjemahkan dengan kata tuhan itu minta disembah dan dipatuhi perintahnya serta meminta upeti atau persembahan korban, sebab mereka juga makhluk hidup yang memiliki kebutuhan. Penyembahan itu memiliki motif kekuasaan dan bantuan yang diberikan adalah dalam rangka mempertahankan wilayah kekuasaan mereka juga.

Tuhan sejati tidak perlu disembah sebab selalu memberi tanpa harap kembali seperti matahari menyinari dunia. Cinta adalah energi Tuhan yang senantiasa memancar dan menghidupi diri Tuhan dengan cara memancarkannya. Jika berhenti memancarkan cinta, energi yang menghidupi itu justru akan padam dan mati. Itulah rahasia cinta tanpa syarat yang sulit dipahami manusia cara kerjanya.

Energi cinta Tuhan ada di setiap hal sehingga secara individu masing-masing menjadi energi yang hidup. Itulah mengapa mereka yang menyatu dengan Tuhan akan berperilaku sama sebab kesadarannya adalah percikan cahaya Tuhan. Tidaklah mungkin menyembah Tuhan ke dalam diri, sebab energi hidup ini sifatnya memancar keluar dari dalam.

Namun sebaliknya, dengan menyadari bahwa dalam setiap diri dan setiap hal ada kehadiran Tuhan oleh karena itulah mengapa ada salam "namaste" atau "namaskhar" yang artinya "salam hormat bagi roh suci yang ada dalam dirimu".

Namaste ...((( 💓 )))...



No comments:

Post a Comment