Sunday, 12 May 2019

Penebusan Dosa Konsep Tumbal

Sumber-sumber chanelling mengatakan bahwa konsep penebusan dosa sudah ada bukan hanya dalam peradaban ini melainkan juga peradaban-peradaban sebelumnya. Perlu dicatat bahwa di bumi telah berulangkali muncul peradaban yang hilang dan tumbuh yang baru yang dalam spiritual jawa dikatakan sebagai “jagad gumelar, jagad gumulung” (peradaban tumbuh dan hilang berulang kali).

Konsep penebusan dosa lebih berdasarkan konsep transaksional yakni sebagai tebusan atau tumbal atau bayaran untuk manfaat yang didapatkan.

Pertanyaan yang timbul kemudian untuk siapakah tebusan atau tumbal atau bayaran itu diberikan, apakah Tuhan perlu bayaran semacam itu?

Praktek tumbal darah lazim dilakukan sebagai transaksi dengan makhluk yang mendapatkan energi dari ketakutan dan kesakitan amat sangat yang disemburkan oleh korban. Ketakutan yang amat sangat adalah sumber energi yang sangat besar yang mereka asup untuk hidup sehingga mereka hidup dalam waktu tak terbatas selama mendapatkan asupan.

Ini pula mengapa ajaran-ajaran dengan konsep penyembahan menekankan kewajiban untuk takut pada sesembahannya, sebab dikatakan sesembahannya adalah pencemburu, pemarah dan suka menghukum dengan kejam bagi yang tidak patuh. Intinya ajaran itu menciptakan ketakutan yang adalah energi yang merupakan asupan makanan bagi para makhluk itu.

Apakah Sang Pencipta yang adalah sumber dari segala sumber perlu bertransaksi dengan ciptaanNya agar bisa tetap ada dan menghidupi diriNya?

Spiritualitas mengajarkan bahwa cinta adalah self-generating energy (energi yang dihasilkan sendiri) dan Tuhan yang Maha Cinta mampu memiliki energi hidup tiada habisnya dengan memfungsikannya sehingga secara otomatis dengan membagikan cinta, energinya membuncah tiada henti. 


Penebusan dosa dan ritual korban tumbal dalam bentuk apapun bukanlah ajaran dari Tuhan yang Maha Cinta. Ritual korban dalam bentuk apapun adalah sebuah transaksi untuk keuntungan, dengan ada pihak yang dikorbankan dan pihak yang membayar demi keuntungan itu.

Praktek ritual korban bukanlah ajaran cinta dan juga tidak diajarkan oleh Yesus serta Yesus bukanlah pihak yang dikorbankan sebagai tumbal. Bapa tidak bertransaksi dengan siapapun dan pihak manapun. Apakah Bapa perlu bernegosiasi dan transaksi dengan suatu pihak seperti Setan, misalnya? Jadi, dalam ajaran penebusan dosa itu Yesus menjadi tumbal apa atau sebagai bayaran kepada siapa?

Misi Yesus bukanlah datang untuk menjadi tumbal. Bukan itu. tapi untuk mengedukasi dengan resiko ditolak dan disingkirkan oleh mereka yang menikmati praktek-praktek seperti mendapatkan keuntungan dari gaya hidup transaktif.

Tidak mudah untuk menjelaskannya dan oleh karena itu para guru spiritual memberikan bantuan dengan pendekatan melalui pengajaran-pengajaran kebijaksanaan hidup berbasis cinta serta latihan spiritual untuk memahami dan menguasainya.


Jiwa-jiwa kesadaran tinggi yang disebut makhluk cahaya memancarkan cinta sebagai bagian dari penciptaan kehidupan indah dan sebagai ekspresi bahagia internalnya yang dengan cara itu mereka terjamin pasokan energinya untuk dapat beroperasinya kehidupan lestari abadi. Cinta adalah energi yang memasok daya hidup secara internal dan mandiri.


...((( 💓 )))...

1 comment: