Sebagai contoh, pada masa tanam, ritual syukur dilakukan dimulai dengan ucapan syukur dan semua disapa untuk menjaga dan merawat tanaman sebagai berkat bersama. Apa yang disebut hama seperti wereng dan tikus juga disapa dan dipersilahkan mengambil secukupnya dengan menyisakan untuk dimakan bersama serta benih untuk ditanam lagi.
Begitu juga dengan virus corona ini, sebenarnya juga bisa disapa dan diajak komunikasi untuk mengakhiri wabah, yang bisa disampaikan dengan cara seperti di bawah ini:
Terima kasih saudaraku virus corona kita boleh saling mengenal untuk belajar bersama. Terima kasih atas pembelajaran yang kami dapatkan dengan kehadiranmu di bumi ini. Kami banyak belajar tentang arti rasa saling menghormati dan menghargai serta saling dukung baik sesama makhluk maupun dengan alam untuk dapat membangun kehidupan.
Sekarang, "Pulanglah ke asal-usulmu, cahaya." 3XUntuk dapat berkomunikasi sebagai sesama makhluk adalah penting untuk menyadari rasa saling hormat, memiliki keyakinan dan otoritas. Otoritas tidak akan mungkin dimiliki jika tidak memiliki keyakinan diri. Rasa takut dan khawatir adalah hambatan untuk memiliki keyakinan diri. Tanpa keyakinan orang hanya akan patuh, tunduk dan menurut pada keadaan tanpa daya. Sementara itu sebaliknya, rasa hormat diperlukan sebagai dasar untuk bertindak secara bijaksana.
Leluhur mengajarkan dan menanamkan kepada kita sikap santun dan bijaksana sebab menyadari benar bahwa setiap akibat dari pikiran dan perbuatan kita sendiri selalu akan berbalik pada diri sendiri dalam rangkaian panjang dinamika dan sistem alam kehidupan.
Setiap kata-kata yang diucapkan di mulut adalah mantera yang akan mewujud dalam realita sehingga menjadi pengalaman pribadi dan kolektif bersama. Batu yang dilemparkan ke air akan membuat riak gelombang, dan setiap kata-kata yang keluar dari mulut semua orang akan menciptakan pola riak gelombang alam semesta.
Lebih jauh lagi, leluhur memahami “sangkan paraning dumadi” yang artinya asal usul dan arah menjadi ujud (being), bahwa setiap makluk asal-usulnya adalah cahaya dan bahwa kata-kata akan membentuk ujud realita yang dinyatakan dengan “sabdo dadi” – kata-kata menjadi bentuk ujud material.
Berdasarkan pemahaman di atas dapat dilihat betapa bijaksananya leluhur memberikan arahan dan tuntunan bahwa kita tidak boleh semena-mena terhadap sesama makhluk sekalipun kecil dan terlihat lemah sebab kehadiran mereka selalu untuk memainkan suatu peran dalam rantai kehidupan serta memberikan pelajaran kepada kita.
Dari virus corona, kita belajar untuk tidak menganggap remeh terhadap sesama makhluk sekalipun kecil seperti virus. Hanya dalam sikap saling hormat dan menghargai kita semua dapat hidup berdampingan dan saling dukung melalui peran masing-masing yang sekalipun kecil namun merupakan bagian penting dari rantai kehidupan.
Dengan tumbuhnya rasa saling menghargai, kita tidak lagi takut dan siap belajar tentang hal-hal baru. Ketakutan, kekhawatiran dan permusuhan tidak pernah menjadikan diri sendiri semakin kuat, bahkan sebaliknya ketakutan justru melipatgandakan kekuatan virus kecil itu untuk memporakporandakan kehidupan manusia secara global di seluruh bumi, cukup dengan membuat sistem antibodi manusia lemah dan tumbang.
Virus yang sedemikian kecil itu mampu memporakporandakan keangkuhan manusia yang merasa menjadi makhluk tertinggi dan terpintar di bumi yang selama ini merasa menjadi pemilik bumi dengan memperlakukan alam hanya demi kepentingannya sendiri mengabaikan hak hidup sesama makhluk lainnya yang mengakibatkan rusaknya hutan dan lingkungan hidup rumah tinggal berbagai satwa.
Setelah semua pembelajaran tersebut didapatkan dan dipahami, maka pelajaranpun sudah tuntas dan kita dapat mengucapkan syukur dan terima kasih kepada virus corona atas pelajaran kehidupan yang diberikan olehnya. Kini saatnya mengucapkan selamat jalan dan mengarahkannya pulang kembali ke cahaya.
Inilah cara leluhur kita dalam menangani dan mengatasi masalah, tidak ada kebencian dan permusuhan dengan sesama makhluk melainkan selalu dalam rasa hormat pada sesama makhluk, syukur dan berlandaskan hukum cinta. Suro Diro Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti, segala angkara murka akan lebur dengan kebaikan cinta.
Dasar komunikasi dengan sesama makhluk ekosistem adalah rasa saling hormat, keyakinan dan otoritas. Otoritas tidak akan mungkin dimiliki jika tidak memiliki keyakinan diri. Rasa takut dan khawatir adalah hambatan untuk memiliki keyakinan diri. Tanpa keyakinan orang hanya akan tunduk dan menurut pada keadaan tanpa daya. Sementara itu sebaliknya, rasa hormat diperlukan sebagai dasar untuk bertindak secara bijaksana.
§
Investasi tidak hanya cukup berupa uang tetapi juga inspirasi yang mencerdaskan, membangun rasa damai dan bijaksana untuk mengembangkan keterampilan kreatif sehingga akan memanen hasil-hasil karya kreatif dan kebahagiaan.
Klik "Follow" di blog untuk berlangganan gratis inspirasi-inspirasi baru.
Monggo untuk share. Rahayu sagung dumadi.
Vibrasi cinta.
...((( 💓 )))...
Numpang promo ya gan
ReplyDeletekami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*