Paijo: Wah, aku juga belum pernah membuat riset sebenarnya kebiasaan itu sudah sejak lama atau baru-baru sekarang ini sejak ada medsos.
Badu: Oh, iya ya? Jangan-jangan sudah lama hanya karena tidak ada saluran.
Paijo: Nah itu dia. Sesuatu yang terpendam lama dan sekarang baru muncul ke permukaan.
Badu: Buruk sekali ya?
Paijo: Baik-buruk kan hanya sekedar suatu sudut pandang penilaian. Kita sadari keduanya dan fokus saja pada pembelajaran dari peristiwa besar ini. Benturan biasanya mendorong kita menyadari adanya masalah dan menemukan solusinya.
Badu: Aku suka ini. Semua yang terpendam tidak terlihat muncul ke permukaan untuk disadari, begitu kan?
Paijo: Tepat sekali. Jadi, tak perlu khawatir karena kekhawatiran justru akan mengarahkan kita reaktif terlibat ikut dalam kekacauan ini tanpa kita sadari karena melakukannya dengan anggapan sedang menghentikannya.
Badu: Oh. Halus sekali jebakannya.
Paijo: Coba perhatikan saat foto atau video kekerasan dan berita yang ditanggapi dan disebarkan dengan maksud sebagai bukti pendukung, energi emosi yang ada di dalamnya disebarkan malah memicu sikap emosional dan akumulasi ledakannya semakin besar.
Badu: Waduh.
Paijo: Ini adalah akibat dari tergerusnya rasa hormat dan penghargaan terhadap sesama.
Badu: Sehingga seperti dikatakan bahwa maju secara intelektual saja tidak cukup ya?
Paijo: Tepat. Kemajuan yang seimbang akan didapatkan ketika kemampuan berpikir atau aspek maskulin tumbuh selaras dengan kepekaan hati atau rasa yang disebut aspek feminin.
Badu: Berarti ada hubungannya dengan pengekangan pada kaum perempuan, masyarakat yang terlalu dominan maskulin?
Paijo: Begitulah. Pengekangan pada kaum perempuan itu merupakan wujud yang muncul sebagai realita dari pikiran kolektif masyarakat dimana aspek feminin yang dihambat oleh dominasi maskulin.
Badu: Lalu karena kurang menghargai perempuan berarti kurang memiliki kepekaan hati sehingga mudah berperilaku kasar namun dianggap normal dalam masyarakat yang didominasi maskulin. Masalah-masalah diselesaikan dengan cara berantem dan menang berkelahi dianggap jagoan.
Paijo: Nahhhh.... Ituuuuu.... Orang mengiranya sebagai cara untuk survival, insting bertahan hidup ala dunia yang dikuasai kaum maskulin.
Badu: Padahal sebenarnya malah menghancurkan kembali peradaban yang dibangun susah payah, ya?
Paijo: Betul. Kehidupan yang didominasi aspek maskulin memiliki pola pikir semacam itu, berpendapat bahwa berkelahi dan berebut sebagai cara untuk bertahan hidup. Ini beda saat aspek feminin menguat dan seimbang pola pikir akan berubah bahwa kehidupan akan survive, terus berlanjut, karena kehidupan dipelihara sebagaimana sifat ibu yang memelihara.
Badu: Jadi, sebenarnya hanya perlu perubahan sikap, ya?
Paijo: Ya. Sebab kehidupan ini malah tidak akan survive jika aspek maskulin terlalu kuat, karena insting jagoan berkelahinya itu semakin kuat dan keras sehingga akan banyak melakukan kerusakan dan berujung pada penghancuran peradaban.
§
Inspirasi tidak menghilangkan masalah namun akan menjadikan tekanan masalah sebagai dorongan untuk berpikir kreatif sehingga wawasan mengembang seperti tekanan angin pada ban yang membuat roda kehidupan kita berputar menggelinding.
Klik "Follow" di blog untuk inspirasi-inspirasi baru.
Monggo untuk share. Rahayu sagung dumadi.
Vibrasi cinta.
...((( 💓 )))...
No comments:
Post a Comment